KEI FEB UNS

Kajian Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Islam Pasti Menang!

Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama meskipun orang musyrik membenci." {QS. Ash Shaff (61): 9}

Kamis, 17 November 2011

Sharia Banking and Entrepreneurship Training

FULLDAY Training dg HARGA PALING MIRING !!!!!!!!

* SHARIA BANKING AND ENTREPRENEURSHIP TRAINING *

> Sabtu, 26 November 2011
> waktu : 07.30 - 15.30 WIB
> tempat : Aula Perpus Pusat UNS*
> HTM cuma Rp 20.000,-
> Fasilitas : snack, makan siang,training kit, SERTIFIKAT, plus materi yg bermanfaat
> Fasilitator :
- KaCab Bank Syariah Mandiri
- Duta Persada Tim Trainer
- Pengusaha & Jagoan Internet Marketing

contact + takon" :
 085647857474 (Labib)  / 085878294296 (Rona)

*dalam konfirmasi



Jumat, 11 November 2011

Kesabaran Sholahuddin Al-Ayyubi

Sholahuddin Al-Ayyubi adalah seorang panglima perang ternama, termasyur keberaniannya, dan terkenal kebaikan budi pekertinya. Dalam perang, ia tak pernah menghalalkan segala cara, tapi senantiasa tampil dengan bijak dan berlandaskan kemanusiaan.
Suatu hari, Sholahuddin mendengar kabar dari telik sandi mata-mata, bahwa panglima perang musuh sedang sakit parah. Bagi seorang yang ambisius meraih kemenangan , situasi seperti itu pasti dimanfaatkan untuk segera menyerang dan menghancurkan lawan. Dalam situasi pimpinan sakit, pasukan menjadi bingung, bak ayam kehilangan induk.
Tapi Sholahuddin adalah seorang panglima yang punya kebijakan dan harga diri. Ia tak ingin mengambil kesempatan demi kemenangan semata. Itu tak adil, begitu barangkali pikirnya. Peperangan yang membanggakan hanya jika kemenangan diperoleh bukan dengan kecurangan. Kecurangan akan membuat pihak yang menang tak dapat bangga dengan kemenangannya, dan pihak kalah tak berbesar hati menerima kekalahannya. Itulah pemikiran yang bijak dalam benak Sholahuddin.
Suatu malam Sholahuddin menyelinap ke kubu lawan dan kemudian berhasil masuk ke dalam kemah si panglima pasukan Salib. Ditatapnya panglima perang lawan yang terbujur lunglai. Orang yang biasa garang dalam pertempuran, kala itu meluruh pucat pasi. Sholahuddin mendekat, hendak mengobati.
Betapa kaget, si panglima perang Salib, ada orang asing di dalam kemahnya. Betapa terkejut lagi bahwa orang asing itu tidak lain panglima perang Muslim, Sholahuddin Al-Ayyubi. Bahkan menjadi lebih kaget lagi, ternyata kedatangannya bukan untuk membuat mati, tapi justru ingin mengobati. Orang yang biasanya tampil dengan garang -babat sana, babat sini, membunuh musuh di hadapannya kali ini duduk di hadapannya dengan sabar dan rasa kasih ingin mengobati lawan. Dialah Sholahuddin Al-Ayyubi lawan tanding dalam perang Salib.
Dapat dipahami jika pada era berikutnya, ketika mendengar kabar Sholahuddin Al-Ayyubi meninggal dunia, bukan saja kaum Muslimin yang gundah gulana karena kehilangan panglima, tetapi para panglima perang musuh juga ikut menangis karena duka. Duka akibat ditinggal oleh musuh yang bijaksana, musuh yang berperang dengan menjunjung etika kemanusiaan.

Rabu, 09 November 2011

China Kembangkan Industri Halal

Muslim China terus membangun dan memperkokoh eksistensinya dengan mengembangkan industri halal untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.

“Sudah lebih dari 10.000 pabrik, restoran makanan dan minuman yang menerima sertifikat halal,” kata Ketua Komisi Makanan Halal Ningxia, Wang Shengjun, di Yinchuan, ibukota propinsi Ningxia, ketika menerima para wartawan Indonesia dan Malaysia, Selasa.

Selain itu, lanjut dia, Ningxia punya dua kawasan industri halal di Wuchong, salah satu kota di provinsi itu. Nilai produk halal di Ningxia telah mencapai 50 juta yuan atau senilai Rp70 miliar.

Ningxia adalah provinsi di China yang mendapatkan otonomi sejak tahun 1958 karena etnis Hui identik dengan Muslim dan merupakan mayoritas dari 35 etnis China lainnya yang hidup di Ningxia. “Dari 6,3 juta warga yang tinggal di Ningxia, 2,25 juta atau 38 persen merupakan etnis Hui yang Muslim, sisanya adalah etnis Han, dan etnis China lainnya,” kata Wang Shengjun.

Industri halal Ningxia terus melebarkan sayapnya ke pasar domestik, bahkan penerbangan dari Beijing ke Urumqi, atau Beijing ke Yinchuan, ibu kota Ningxia, makanan di pesawat semuanya sudah berlabel halal. “Bukan hanya domestik, kami sudah bekerja sama dengan industri halal Arab Saudi, Qatar, Mesir dan Malaysia untuk saling mengakui sertifikat halal sehingga produk kami dapat masuk ke pasar mereka, begitu juga sebaliknya,” kata Wang Shengjun.

Ketika ditanya mengapa dengan Indonesia belum, dia mengakui hubungan industri halal dengan Indonesia baru saja dijajaki. “Kami baru mulai kerja sama internasional sejak tahun 2008, tetapi dengan Malaysia sudah sejak tahun 2006. Kami sudah berkunjung ke Indonesia. Kami mau kerja sama dengan industri halal Indonesia karena Indonesia adalah penting bagi kami,” tambah ketua komisi industri halal Ningxia.

Industri halal Ningxia sudah dilengkapi dengan laboratorium yang paling canggih di China didukung 15 pakar, 300 staf. “Biaya untuk mendapatkan sertifikat halal sangat murah, yakni hanya 3.700 yuan atau Rp5,1 juta,” katanya. Walau sudah banyak perusahaann memiliki label halal namun sewaktu-waktu petugas akan datang ke pabrik dan meninjau proses produksi mereka.

Sumber : Republika
http://zonaekis.com/china-kembangkan-industri-halal/

Penyebab Inovasi Produk Perbankan Syariah Lamban

Inovasi produk di perbankan syariah masih terhambat sejumlah kendala yang berasal dari eksternal maupun internal bank. Karena itu, pemerintah diminta untuk membantu mengatasi kendala tersebut agar perkembangan perbankan syariah sejalan dengan perbankan konvensional.

Praktisi perbankan syariah, Jordhy Kashoogie Nazar mengungkapkan tantangan eksternal dari pengembangan produk berasal dari regulasi yang masih konservatif. Akibatnya, produk perbankan syariah masih monoton.

“Aturan mengenai produk, kami harap lebih terbuka lagi karena sekarang masih konservatif, sehingga perbankan syariah bisa mengembangkan inovasi, “ ujar dia, Senin (31/10).

Untuk mengembangkan inovasi produk, Jordhy mengatakan perbankan syariah butuh dukungan dari pemerintah. Insentif pajak dari pemerintah diperlukan untuk menekan harga produk. “Double tax memang sudah tidak ada, tapi ke depan perbankan syariah butuh insentif karena akan berpengaruh pada pricing, ekspansi bisnis, dan stabilitas, “ ungkap dia.

Pemasaran produk perbankan syariah juga masih berorientasi pasar domestik. Hal ini lantaran masih dibatasinya perbankan asing masuk ke perbankan syariah di tanah air. “Pemasaran produk perbankan syariah sekarang pandangannya masih domestik market, makanya kalah dengan Malaysia yang pemasarannya mampu ekspansi ke luar negeri, “ ungkap analis produk perbankan syariah tersebut.

Sumber : Republika
http://zonaekis.com/penyebab-inovasi-produk-perbankan-syariah-lamban/

Ekonomi Syariah Sebagai Solusi

Krisis ekonomi Indonesia sampai saat ini masih berlangsung dan belum menunjukkan tanda-tanda untuk segera pulih. APBN kita masih dikuras dalam jumlah besar untuk pengeluaran membayar bunga utang baik utang luar negeri maupun bunga utang dalam negeri dalam bentuk bunga obligasi rekap bank konvensional. Seharusnya dana APBN ratusan triliun digunakan untuk pemberdayaan rakyat miskin, tetapi justru untuk mensubsisi bank-bank ribawi melalui bunga rekap BLBI dan SBI.

Ini terjadi karena pemerintah telah terperangkap kepada sistem riba yang merusak perekonomian bangsa. Menaiknya harga BBM semakin memperparah penderitaan rakyat Indonesia dan semakin membengkakkan angka kemiskinan. Inflasi meningkat secara tajam.

Semua para ekonom hebat di negeri ini memprediski inflasi hanya 8,7 persen, tetapi kenyataannya melejit di luar dugaan, lebih dari 18 persen. Ekonom hebat tersebut keliru besar dalam memprediksi. Angka inflasi 18 persen, yang tertinggi dalam empat tahun terakhir. Sebagai indikator penting bagi perekonomian negara, maka inflasi wajib dipandang secara kritis. Sebab, inflasi yang melonjak tinggi bermakna gong marabahaya bagi ekonomi rakyat.

Pada saat ini, tercatat jika sejak Maret 2005, jumlah utang Indonesia mencapai Rp1,282 triliun. Angka tersebut, setara dengan 52 persen dari produk domestik bruto. Komposisi utang itu, 49 persen persen utang luar negeri. Sementara 51 persen utang dalam negeri.

Selain problem utang Indonesia yang amat besar, ancaman terhadap kesinambungan fiskal dan pembiayaan pembangunan juga menjadi problem besar. Demikian pula buruknya infrastruktur, rendahnya investasi dan pertumbuhan ekonomi, terpuruknya sektor riil, menurunnya daya saing, serta akan masih meningkatnya angka pengangguran akibat kenaikan BBM lalu.

APBN kita masih berada pada titik yang kritis, sebab faktor eksternal seperti naiknya harga minyak, bisa membuat beban APBN membengkak dan memperbesar defisit APBN. akibat ikut membengkaknya subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan pengeluaran pemerintah yang terkait dengan luar negeri. Belum lagi ancaman depresiasi nilai rupiah yanag selalu membayang-bayangi.

Keterpurukan ekonomi Indoiensias juga ditandai oleh masih belum bergairahnya sektor riil akibat lumpuhnya fungsi intermediasi perbankan konvensional. LDR bank konvensional masih belum optimal bahkan masih jauh, berkisar di angka 50-an persen. Lain lagi NPL 2 bank konvensional raksasa yang semakin meningkat. Peningkatan NPL (kredit macet) tersebut telah berada pada titik yang membahayakan, yaitu 24 persen dan 20 persen. Inilah kondisi bank-bank ribawi, LDR rendah sementara NPL tinggi. Realitas ini berbeda dengan bank syariah, FDR tinggi, NPF rendah. Sehingga mendorong pertumbuhan sektor riil. Sementara bank konvensional sebaliknya.

Kesimpulannya, ekonomi Indonesia benar-benar terpuruk dan terburuk di bawah sistem ekonomi kapitalisme. Indonesia hanya unggul atas negara-negara Afrika seperti Malawi, Uganda, Kenya, Zambia, Mozambik, Zimbabwe, Mali, Angola dan Chad. Peringkat daya saing pertumbuhan (growth competitiveness index) Indonesia, nyaris sama dengan Ethiopia yang pernah hancur-lebur oleh perang serta wabah kelaparan.

Syariah Sebagai Solusi
Salah satu solusi penting yang harus diperhatikan pemerintahan dalam me-recovery ekonomi Indonesia adalah penerapan ekonomi syariah. Ekonomi syariah memiliki komitmen yang kuat pada pengentasan kemiskinan, penegakan keadilan pertumbuhan ekonomi, penghapusan riba, dan pelarangan spekulasi mata uang sehingga menciptakan stabilitas perekonomian.

Ekonomi syariah yang menekankan keadilan, mengajarkan konsep yang unggul dalam menghadapi gejolak moneter dibanding sistem konvensional. Fakta ini telah diakui oleh banyak pakar ekonomi global, seperti Rodney Shakespeare (United Kingdom), Volker Nienhaus (Jerman), dsb.

Ke depan pemerintah perlu memberikan perhatian besar kepada sistem ekonomi Islam yang telah terbukti ampuh dan lebih resisten di masa krisis. Sistem ekonomi Islam yang diwakili lembaga perbankan syariah telah menunjukkan ketangguhannya bisa bertahan karena ia menggunakan sistem hasil sehingga tidak mengalami negatif spread sebagaimana bank-bank konvensional. Bahkan perbankan syariah semakin berkembang di masa-masa yang sangat sulit tersebut.

Sementara bank-bank raksasa mengalami keterpurukan hebat yang berakhir pada likuidasi, sebagian bank konvensional lainnya terpaksa direkap oleh pemerintah dalam jumlah besar Rp 650 triliun. Setiap tahun APBN kita dikuras lagi oleh keperluan membayar bunga obligasi rekap tersebut. Dana APBN yang seharusnya diutamakan untuk pengentasan kemiskinan rakyat, tetapi justru digunakan untuk membantu bank-bank konvensional. Inilah faktanya, kalau kita masih mempertahakan sistem ekonomi kapitalisme yang ribawi.

Selama ini, sistem ekonomi dan keuangan syariah kurang mendapat tempat yang memungkinkannya untuk berkembang. Ekonomi Islam belum menjadi perhatian pemerintah. Sistem ini mempunyai banyak keunggulan untuk diterapkan, ekonomi Islam bagaikan pohon tumbuhan yang bagus dan potensial, tapi dibiarkan saja, tidak dipupuk dan disiram. Akibatnya, pertumbuhannya lambat, karena kurang mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan pihak-pihak yang berkompeten, seperti Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Industri, Bappenas, DPR dan menteri yang terkait lainnya.

Keberhasilan Malaysia mengembangkan ekonomi Islam secara signifikan dan menjadi teladan dunia internasional, disebabkan kebijakan Mahathir yang secara serius mengembangkan ekonomi Islam. Mereka tampil sebagai pelopor kebangkitan ekonomi Islam, dengan kebijakan yang sungguh-sungguh membangun kekuatan ekonomi berdasarkan prinsip syariah. Indonesia yang jauh lebih dulu merdeka dan menentukan nasibnya sendiri, kini tertinggal jauh dari Malaysia.

Kebijakan-kebijakan Mahathir dan juga Anwar Ibrahim ketika itu dengan sistem syariah, telah mampu mengangkat ekonomi Malaysia setara dengan Singapura. Tanpa kebijakan mereka, tentu tidak mungkin ekonomi Islam terangkat seperti sekarang, tanpa kebijakan mereka tidak mungkin terjadi perubahan pendapatan masyarakat Islam secara signifikan. Mereka bukan saja berhasil membangun perbankan, asuransi, pasar modal, tabungan haji dan lembaga keuagan lainnya secara sistem syariah, tetapi juga telah mampu membangun peradaban ekonomi baik mikro maupun makro dengan didasari prinsip nilai-nilai Islami.

Aplikasi ekonomi Islam bukanlah untuk kepentingan umat Islam saja. Penilaian sektarianisme bagi penerapan ekonomi Islam seperti itu keliru, sebab ekonomi Islam yang konsen pada penegakan prinsip keadilan dan membawa rahmat untuk semua orang tidak diperuntukkan bagi umat Islam saja, dan karena itu ekonomi Islam bersifat inklusif.

Penutup
Momentum Indonesia Syariah Expo hendaknya bisa menyentakkan dan membuka mata pemerintah untuk melirik dan menerapkan ekonomi syariah sebagai solusi perekonomian Indonesia. Pemerintah harus melihat ekonomi syariah dalam konteks penyelamatan ekonomi Nasional.

Sehubungan dengan itu, pembentukan Dewan Ekonomi Nasional (DEN) perlu kembali diwujudkan dengan memasukkan para pakar ekonomoi syariah di dalamnya. Ekonomi syariah di Indonesia telah menunjukkan ketangguhannya di masa krisis dan lagi pula dalam praktik perekonomian di Indonesia selama ini, Indonesia sudah menerapkan dual sistem, konvensional dan sistem ekonomi syariah, terutama yang berkaitan dengan lembaga perbankan dan keuangan.

Oleh: Agustianto
Sekjen Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia
Sumber : Padangekspres
http://zonaekis.com/ekonomi-syariah-sebagai-solusi/

Sharia Banking and Entrepreneurship Training


Rabu, 02 November 2011

Kearifan gula batu

Diambil dari sebuah buku Bertambah Bijak Setiap Hari 8 x 3 = 23! Karangan Budi S. Tanuwibowo dengan sedikit penyesuaian
Pada sebuah kerajaan ada hubungan yang sangat erat antara murid dan guru. Pada suatu hari, Si Murid bertanya kepada Gurunya tentang bagaimana seseorang harus bersikap di dalam hidup. Sang Guru tidak menjawab dengan kata-kata belaka. Beliau mengajak Si Murid masuk ke dapur. Ketika Si Murid bingung menunggu, Gurunya sudah asyik menyiapkan perapian dan mulai memasak air. Kala air mulai mendidih, Sang Guru keluar rumah dan kemudian masuk kembali sambil membawa sebongkah batu. Kemudian batu itu dimasukkannya ke dalam air yang mulai mendidih. Sang guru merebus batu!
Dalam hati Si Murid bertanya-tanya tentang keanehan Sang Guru. Namun ia belum berani bertanya dan diam menunggu. Selang beberapa waktu, Sang Guru mengeluarkan batu tersebut dan menaruhnya di atas meja. Tiba-tiba Sang Guru berkata,”Kamu jangan seperti batu!” Si Murid menganga, “Batu ini begitu keras, direbus di dalam air panas mendidih pun tak berkurang kerasnya. Orang yang seperti batu, sangat kaku, merasa paling benar, merasa jagoan, dan tidak bisa berubah. Padahal kehidupan selalu berubah. Di atas pohon tinggi masih ada awan. Di atas awan masih ada langit. Bagaimana mungkin kita, manusia biasa, boleh merasa dirinya paling sempurna?”
Si murid tersadar. Sang Guru sedang memberikan pelajaran lewat contoh sederhana. Inilah yang membuat gurunya sangat dikagumi oleh murid-muridnya. Pelajaran yang begitu rumit dan dalam sekali pun bisa diuraikan dengan sederhana. Setelah merenung sejenak Si Murid bertanya, “Guru, saya harus bersikap bagaimana?”
Seperti tadi, kali ini Sang Guru pun tidak menjawab. Ditambahkannya kayu ke dalam perapian dan sekali lagi beliau beranjak ke luar rumah. Tak lama kemudian ia membawa sebongkah salju yang mengeras. Tanpa berkata-kata bongkahan salju itu dimasukkannya ke dalam air yang bergolak panas. Dalam hitungan detik, salju pun meleleh. Hilang dari pandangan, luluh menjadi air. Lalu sang guru berkata,”Kamu jangan seperti bongkahan salju. Kelihatannya keras, berkarakter, punya prinsip dan teguh pendirian, namun baru diuji sebentar saja semuanya lenyap tak berbekas. Suka mengecam orang lain yang tidak jujur, berlaku sok suci, namun ketika dihadapkan pada kehidupan nyata, semua idealismenya hancur tak berbekas dan akhirnya ikutan korup.”
Si Murid pun tersadar. Dia kini sudah dihadapkan dua ekstrim: keras kepala vs tak berpendirian. Punya prinsip kaku vs fleksibel banget. Terlalu kiri tidak baik. Terlalu kanan juga tidak baik. Terlalu cepat tidak tepat. Terlalu lambat juga tidak tepat. Terlalu maju, perlu direm. Terlalu lambat, perlu didorong. Yang terbaik adalah tengah. J
Si Murid pun tidak sepenuhnya bisa mengerti. Sang Guru pun bangkit lagi dari tempat duduknya dan segera beranjak. Tidak ke depan, melainkan ke belakang. Tak lama kemudian Sang Guru membawa 2 butir telur ayam di tangannya. Telur yang pertama kemudian dipecahkannya di depan muridnya. Segera si murid melihat cairan telur yang pecah meleleh membasahi meja. Cair namun kental. Telur kedua kemudian dimasukkan ke dalam air yang mendidih.
Setelah cukup lama, tiba-tiba sang guru mengeluarkan telur tersebut dan mengupasnya. Segera tercium harum aroma telur rebus dan terlihat putih ranumnya telur matang. Telur yang semula cair dan kental ketika masih mentah, sudah menjadi lebih keras setelah matang.  Lalu Sang Guru pun berkata,”Kamu jangan menjadi telur rebus. Baru belajar sedikit, sudah merasa mampu menguasai semua. Baru paham secuil ilmu, merasa sudah memonopili kebenaran, sombong, ekstrim, dan takabur.”
Cukup lama Si Murid merenung. Betapa sulit mencari seorang pembelajar sejati, yang tekun belajar tanpaa lelah, mampu menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan tetap rendah hati. Tidak sombong.
Tanpa menunggu pertanyaan Si Murid, Sang Guru kembali bergegas ke belakang. Diambilnya sebuah wortel dari kebun. Seperti sebelumnya, wortel itupun dimasukkannya ke dalam air mendidih. Selang beberapa waktu, wortel itu diangkatnya dari air rebusan. Saat itu juga Sang Guru berkata, “Muridku, kamu juga tak boleh seperti wortel rebus.”
Sejenak Si Murid tercenung. Dipegangnya wortel rebus itu sambil dipencet-pencet. Wortel yang semula keras, kini telah menjadi lunak. Namun ia tetap bisa dikenali sebagai wortel. Mengapa gurunya mengatakan seperti itu? Bukankah wortel melambangkan fleksibelitas, keluwesan, namun sekaligus kekukuhan untuk mempertahankan prinsip, sehingga tetap tidak kehilangan jati diri? Mulut Si Murid ingin mengatakan banyak kata – kata, berjuta argumen, namun entah mengapa seakan terkunci.
Sang Guru tersenyum,”Muridku, wortel memang luwes, fleksibel, mampu beradaptasi menyesuaikan diri. Hebatnya lagi ia tidak kehilangan jati dirinya. Lambang seseorang yang teguh pendirian dan memegang prinsip, namun tidak kaku. Bagus. Tapi, cobalah kamu lihat air ini. Air ini tetap tidak berubah. Tidak ada nilai tambah. Apa artinya? Pengorbanan wortel menjadi sia-sia. Tidak mengubah apa-apa.”
Si Murid mulai mengerti apa makna  yang dimaksudkan oleh Sang Guru melalui contoh tadi. Seketika ia pun menyadari bahwa Sang Guru telah merebus air kembali dan menaruh sebongkah gula batu ke dalam air mendidih.
Tak lama berselang Sang Guru berkata,” Jadilah kamu gula batu, muridku. Tubuhnya memang hancur seperti sebongkah salju, tapi bukan karena tidak memiliki prinsip. Kelihatannya ia kalah, tapi sebenarnya dialah pemenang, yang menguasai,yang membuat air menjadi manis. Biarkan orang menyangka diri mereka menang, namun sesungguhnya telah dikalahkan dengan cerdik dan halus. Bila kamu meresapi dan menghayati makna filosofi gula batu ini, kamu akan bisa menerapkannya di bidang apa pun sepanjang hidupmu. Itulah jawaban atas pertanyaanmu semula, bagaimana sikap terbaik dalam kehidupan. :)