KEI FEB UNS

Kajian Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Islam Pasti Menang!

Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama meskipun orang musyrik membenci." {QS. Ash Shaff (61): 9}

Selasa, 28 September 2010

Indonesia Alami Pertumbuhan Asuransi Syariah Tercepat di Dunia

Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan industri asuransi syariah tercepat. Penetrasi premi asuransi syariahnya mendekati 3% dengan pertumbuhan aset mencapai 63%.

Sistem syariah boleh dikatakan tengah menjadi sorotan dunia. Tak terkecuali, asuransi syariah atau lebih dikenal dengan takaful (Islamic Insurance). Secara istimewa, sistem asuransi syariah dinilai memiliki prospek model yang begitu menjanjikan, baik dilihat dari sistemnya maupun potensi pasar yang bisa digarap.

Sepanjang 2007-2008 kontribusi asuransi syariah mencapai 28% dari seluruh kegiatan ekonomi global. Negara berkembang, misalnya, mampu menghasilkan premi hingga hampir US$1,7 miliar. Sepanjang 2009 rasio antara pendapatan premi terhadap gross domestic product (GDP) negara-negara Islam mencapai 1,3%. Sementara, negara-negara berkembang secara keseluruhan mampu mencatatkan rasio lebih tinggi, yakni 2,8% terhadap GDP.

Menurut laporan Ernst & Young (E&Y) bertajuk “Laporan Asuransi Syariah Dunia 2010”, asuransi syariah berkontribusi sekitar 29% terhadap kegiatan ekonomi di dunia atau mencapai US$5,3 miliar pada 2008. Arab Saudi dan Malaysia merupakan dua negara yang memberikan sumbangan terbesar. Arab Saudi berkontribusi hingga US$2,9 miliar, sementara Malaysia US$900 juta.

Uni Emirat Arab (UEA) dan Indonesia merupakan pasar dengan pertumbuhan tercepat. Sepanjang 2005-2008 laju pertumbuhan keduanya rata-rata mencapai 39%. Sementara, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara dengan laju 35%.

Diwajibkannya asuransi kesehatan di Arab Saudi berhasil memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan asuransi syariah negeri kaya minyak itu. Data Badan Moneter Arab Saudi menyebutkan, premi asuransi kesehatan menyumbang hampir 44% terhadap total premi di Arab Saudi dengan pertumbuhan 57%.

Sejak bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) pada 2006, Arab Saudi juga telah membuka investasi asing untuk asuransi syariah.

Dalam beberapa tahun terakhir asuransi syariah di dunia berhasil mencatatkan rata-rata pertumbuhan sebesar 20%-25%. Tahun ini kontribusi asuransi syariah diharapkan meningkat menjadi US$8,9 miliar, dengan catatan permasalahan seperti kurangnya kesadaran tentang produk asuransi syariah dan kurangnya keterampilan sumber daya manusia (SDM) di bisnis ini dapat diatasi.

Di Indonesia, asuransi syariah juga mencatatkan pertumbuhan kinerja yang cukup signifikan. Berdasarkan data Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), aset asuransi syariah sampai dengan 2009 tumbuh 63%, dari Rp1,85 triliun menjadi Rp3,02 triliun. Hingga triwulan pertama 2010 aset asuransi syariah sudah mencapai Rp3,29 triliun atau naik 8,68% (year to date).

Sumber: http://www.infobanknews.com/index.php?mib=mib_news.detail&id=4501

Sumber-Sumber Dosa Manusia?

oleh Mashadi
Manusia modern dikelilingi dengan dosa. Hakikatnya manusia modern sama dengan manusia di zaman jahiliyah. Mereka melakukan dosa dan maksiat dengan sengaja dan sadar. Mereka tidak takut dengan perbuatan mereka lakukan itu. Berbuat dosa seperti menjadi pilihan hidup mereka.
Mereka berbuat dosa, karena itu menjadi kenikmatan hidup mereka. Berzina, minum minuman keras, memakan makanan haram, dan perbuatan lainnya, semuanya mereka nikmatnya. Karena kemaksiatan sesuai dengan nafsu mereka.
Sesungguhnya dosa dan maksiat itu bertingkat-tingkat, dan kerusakan dan hukumannya berbeda pula. Namun, akar dan asal-usul dosa itu ada dua hal, pertama, meninggalkan perintah Allah, dan kedua melanggar larangan Allah. Maka, hakikatnya orang-orang mukmin yang muttaqin, ialah mereka yang dengan ikhlas melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Inilah bentuk ketundukan, kepatuhan, dan berserah diri secara total kepada Allah Azza Wa Jalla.
Kemudian, dosa ini dibagi dalam empat kategori, yang masing-masing mempunyai pengaruh dalam kehidupan seseorang. Diantaranya :
Dosa mulkiyah, adalah perbuatan atau sifat makhluk yang mengadopsi sifat-sifat Allah. Seperti merasa suci, kultus, kesombongan, kesemena-menaan, merasa tinggi, kezaliman, menjajah, dan memperbudak manusia. Perbuatan ini masuk dalam katagori syirik (menyekutukan) Allah.
Karena, yang sering menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan syirik, merasa suci, berlaku sombong dengan kekuasaan dan harta yang dimilikinya. Para penguasa, pemimpin gerakan, jamaah, partai, bisa berlaku sombong, disebabkan kekuasaan yang dimilikinya. Bisa mengatur, menentukan, memerintah, dan bahkan bertindak sewenang-wenang, dan tidak ada lagi yang berani mengingatkannya.
Dirinya bisa berlaku sebagai orang suci, yang kemudian dikultuskan pengikutnya, atau menciptakan tata-cara yang membuat para pengikutnya melakukan kultus, dan pemimpin itu seolah-olah berubah menjadi seorang tuhan, yang kemudian dapat menentukan nasib seseorang. Seseorang menjadi bergantung hidupnya kepada mereka yang memiliki kuasa. Entah itu para penguasa, pemimpin gerakan, jamaah, partai dan organisasi, jika tidak ada lagi yang dapat mengingatkan bisa berubah menjadi ‘tuhan’.
Barangsiapa yang menjadi pelaku jenis dosa ini, maka ia telah merampas ketuhanan dan kerajaan (kedaulatan) Allah dan menjadi tandingan bagi-Nya. Ini adalah dosa yang paling besar disisi Allah dan amal perbuatan yang baik tidak gunanya.
Betapa banyak manusia yang sekarang telah berlaku dan berubah dirinya menjadi tuhan, karena hanya sedikit memiliki kekuasaan, kekayaan, dan kesempatan (waktu), dan kemudian mereka mengubah sifat-sifat dasar mereka, dan mereka berubah menjadi ‘tuhan-tuhan’ yang sejatinya tidak layak.
Dosa syaithoniyah adalah dosa di mana palakunya menyerupai perilaku dan sifat setan, seperti melampui batas, penipuan, dengki, memakan harta yang haram, makar, memerintahkan perbuatan maksiat kepada Allah, menghiasai kemaksiatan dengan kebaikan, melarang melakukan ketaatan kepada Allah, melakukan bid’ah, serta mendakwahkan bid’ah dan kesesatan. Ini dosa yang akan menjerumuskan para pelakuknya ke dalam neraka jahanam.
Betapa banyak manusia yang berwujud manusia, tetapi perbuatan mereka seperti setan, dan menjadi hamba setan. Perbuatan selalu durhaka dan perlawanan kepada Allah. Tidak mau bertahkim (berhukunm) dengan hukum Allah, dan hanya mengikuti hwa nafsunya, yang akhirnya menjerumuskan diri mereka ke dalam kessatan yang nyata. Tetapi, mereka masih berani mengatakan yagn mereka kerjakan adalah kebajikan. Inilah orang-orang yang sudah menjadi pengikut setan.
Dosa bahimiyah adalah binatang, yang menampakkan pelakunya berbuagt kejam dan biadab, seperti menumpahkan darah, melakukan peperangan, menindas kaum yang lemah, dan menghancurkan kehidupan mereka. Dengan tanpa merasa menyesal atas perbuatan mereka.
Manusia berubah menjadi binatang, buas, hanya mengikuti syahwat perut dan seksual. Dari sini lahir perzinahan, pencurian, memakan harta yang haram, memakan harta anak yatim, bakhil, pelit, penakut, keluh-kesah, yang menyebabkan manusisa sudah tidak lagi memiliki landasan hidup yang benar, karena manusia telah terjatuh ke dalam bentuk baru, sebagai binatang. Karena menjadi bahimiyah, dan menjauhkan dari perintah dan larangan dari Allah Ta’ala. Wallahu’alam .

Selasa, 21 September 2010

Pengumuman


Pengumpulan Lomba Karya Tulis Ekonomi Islam KEI FE UNS diundur menjadi paling lambat Rabu, 29 September 2010. Untuk informasi dan persyaratan silahkan klik di sini.

Mengapa (harus) Ada Ekonomi Islam?

Pak Masyhudi dan Todi akhirnya sampai di kawasan Gowok, sebelah Selatan Plaza Ambarukmo, tepatnya di warung kopi Blandongan. Todi tidak bisa menutupi rasa riangnya ketika tempat mereka tuju adalah warung kopi. Warung kopi ini menyediakan kopi istimewa yang diolah langsung dari biji yang diperoleh pemilik warung. Pak Masyhudi langsung memesan dua cangkir kopi sebelum pantatnya menyentuh kursi.
“Dua cangkir, Mas!” pinta Pak Masyhudi kepada penjual kopi. Penjual itu tersenyum sambil memberi tanda bahwa ia paham apa yang diminta.
Dengan wajah sumringah, Todi mengikuti Pak Masyhudi mencari tempat duduk di dalam warung yang bisa dibilang cukup sederhana.
“Sudah biasa di sini, Pak”
“Jelas, tempat ini adalah salah satu tempat favoritku” jawab Pak Masyhudi berbisik kepada Todi
“Pantas!” kata Todi lirih sambil mengamati ruangan warung.
Tidak lama kemudian penjual kopi itu datang sambil menyajikan dua cangkir kopi. Bau harum khas kopi Blandongan melelehkan air liur mereka.
“Sini, Mas!” sambut Todi tidak sabar menuangkan kopi itu pada tataan atau piring kecil, supaya cepat dingin.
“Ehmm nikmat menyengat” desah Todi merasakan cairan kopi mengalir memasuki tengorokan
Pak Masyhudi hanya tersenyum melihat Todi sibuk dengan cangkir dan piring kecil di depannya.
Kopi Blandongan memiliki kekentalan dan rasa pahit yang pas, disajikan dalam porsi yang tepat dalam cangkir kecil. Kekentalan kopinya bahkan bisa dilihat dari ampas kopi yang tertinggal dalam cangkir ketika telah selesai menikmati kopi yang disajikan.
“Mengapa ekonomi Islam itu ada, Pak?” ucap Todi tiba-tiba kepada Pak Masyhudi yang sedang terhanyut oleh nikmat kopi Blandongan.
“Ekonomi Islam ada?” ucap Pak Masyhudi, “Begini Tod!, sesuatu yang ada/nyata di dalam kehidupan kita pasti memiliki alasan mengapa harus ada/nyata, kalau sesuatu ada/nyata tetapi tidak memiliki alasan mengapa harus ada/nyata maka keberadaannya sia-sia!”
 Todi garuk-garuk kepala, “Tunggu dulu, ada/nyata dan tidak ada/nyata?”
“Ada/nyata karena keberadaannya tidak sia-sia, mengapa tidak sia-sia karena ada fungsi/guna/manfaat sebagai alasannya!” Pak Masyhudi menunjuk gelas, “Seperti gelas ini ada/nyata karena fungsi/guna/manfaat untuk tempat minum...meja dan kursi menjadi ada/nyata karena ada fungsi/guna/manfaatnya bagi kita!”
Todi memperhatikan Pak Masyhudi menjelaskan dengan menunjuk benda-benda yang ada di dekatnya, “Adanya alasan karena sesuatu keadaan menjadi ada/nyata harus memenuhi kaidah sebab sesuatu itu ada/nyata...dan akibat sesuatu itu ada/nyata!”
“Sebab dan akibat!, tetapi tidak semua akibat ada sebabnya!. Tidak semua yang ada/nyata harus ada alasannya!”potong Todi
“Bukan tidak ada sebab!” sahut Pak Masyhudi, “Tetapi manusia belum menemukan sebab dari adanya sesuatu sehingga menjadi ada/nyata...!”
“Ya!” sahut Todi menunjukkan mimik lugu.
“Kita sulit menerima sesuatu yang ada/nyata karena tiadanya sebab dari keberadaan sesuatu tersebut, adanya/nyatanya bumi pasti ada sebabnya, sebabnya untuk tempat hidup manusia dan mahluk lainnya.....dan sebab adanya bumi ini  karena ada yang mengadakannya.... Sebab yang mengadakan/me-nyatakan itu adalah zat yang mefungsikan/memanfaatkan/mengunakan bumi ini...dan zat itu ada/nyata karena menyebabkan bumi ini ada/nyata, ada/nyata zat tersebut karena fungsi/manfaat/guna dalam keberadaannya!”
Todi mengerutkan keningnya seperti ada sesuatu yang dipikirnya, “Zat itu, Allah......!”
Todi berusaha memahami penuturan Pak Masyhudi walaupun secara teori mengenal ontologi sebagai cabang ilmu filsafat tetapi belum sepenuhnya mengenal sebagai suatu realita.
Dengan mata bulat memperhatikan Pak Masyhudi, “Lalu hubungannya dengan keberadaan ekonomi Islam?”  
 “Keberadaan ekonomi Islam pasti ada alasannya!. Kalau tidak dikatakan sia-sia karena tidak ada fungsi/manfaat/gunanya!” kata Pak Masyhudi menatap tajam pada Todi
“Ada alasan!” Todi mengelak dari tatapan Pak Masyhudi, “Ekonomi Islam memberikan kesejahteraan manusia melalui bank dan lembaga keuangan syariah !”
“Namun apakah sekedar bank dan lembaga keuangan syariah saja sebagai jalan untuk membuat manusia sejahtera?, karena banyak juga orang merasa sejahtera berhubungan dengan bank konvensional!. Kalau mereka merasa bahwa bank dan lembaga keuangan syariah lebih memberikan kesejahteraan bagi mereka tentunya mereka akan pindah ke bank dan lembaga keuangan syariah, tetapi ternyata banyak orang bertahan di bank dan lembaga keuangan konvensional!”
“Saya tidak setuju kalau ekonomi konvensional juga memberikan kesejahteraan!”sahut Todi dengan suara parau
Pak Masyhudi melihat Todi bicara dengan emosi, “Sejak lima abad yang lalu dari masa Merkantilis sampai sekarang, sejarah mencatat kemajuan ekonomi Negara-negara Barat dan ternyata sistem ekonomi yang digunakan kita kenal dengan ekonomi konvensional!...Yang kau katakan ribawi itu!” tegas Pak Masyhudi, “Artinya sudah sejak lama mereka mendapatkan kesejahteraan... dan kemajuan seperti sekarang karena mengunakan ekonomi konvensional!”
 Todi terpancing dengan pernyataan Pak Masyhudi dengan suara yang berat Todi menimpali, “Tetapi, dengan ekonomi Islam membuat manusia berpahala dan di akhirat nanti masuk sorga.... sedangkan ekonomi konvensional  membuat manusia berdosa dan jelas masuk neraka!”
Sejenak Pak Masyhudi terdiam untuk menarik nafas dalam-dalam sambil memperhatikan para pengunjung yang berdatangan. Warung berdinding bambu dan penerangan agak redup menimbulkan suasana pedesaan. Dengan ruangan tertata membuat nampak warung itu lebih luas dari ukurannya. Tempat duduk pengunjung berkonsep lesehan dan tanpa sekat membuat menampung banyak orang.
“Dulu Negara-negara Muslim jaya dimasa Rasulullah, Khulafaurahidin, Umayah, dan Abbasiyah....pada waktu itu, Barat dalam masa kegelapan... apakah itu tidak membuktikan bahwa ekonomi Islam lebih baik dari konvensional!” kata Todi dengan nada tinggi
“Bagaimana dengan sekarang?. Apakah Negara Muslim lebih maju dibanding Negara-negara Barat yang non muslim?” Pak Masyhudi bertanya kembali pada Todi yang mulai gusar dengan beberapa pertanyaan dan pernyataan yang ditunjukan kepadanya
“Karena sekarang tidak ada Negara muslim yang sesuai dengan al-Quran dan al-Hadist.”
“Sama artinya kamu ingin mengatakan bahwa dengan tidak mengunakan al-Quran dan al-Hadist, Negara-negara Barat menjadi Negara yang maju...”
“Uh...”
“Semestinya kalau Negara muslim pernah maju di abad pertengahan, sekarang ini tentunya lebih maju!... karena konsep kemajuan Negara Muslim sudah ditemukan; Negara maju kalau sesuai dengan al-Quran dan al-Hadist!”
Todi mulai kelihatan gelisah dan terdesak dengan pertanyaan Pak Masyhudi
“Pokoknya ekonomi Islam ada!,  karena memang harus ada!”sahut Todi dengan wajah mengeras
Pak Mashyudi meneguk kopi Blandongan yang masih hangat. “Tod, apa yang ada di dunia ini bagi manusia memiliki alasan mengapa harus ada karena setiap apa yang dilakukan manusia dalam berkarya/mencipta/menyusun sesuatu sehingga menjadi sesuatu sebelumnya tidak ada/nyata menjadi ada/nyata, sesuatu yang lama menjadi baru memiliki alasan karena ada fungsi/guna/manfaat dari apa yang dilakukan—berkarya/mencipta/ menyusun—sesuatu itu menjadi ada/nyata dan baru”
“Ya...”jawab Todi terpojok
“Oleh karenanya, setiap sesuatu yang ada/nyata dan baru bagi—logika umum—manusia seharusnya ada fungsi/guna/manfaat sebagai alasan dibuatnya  sesuatu”
“Maksudnya…!”  
“Contoh, pakaian dibuat untuk melindungi dari panas dan dingin... sepeda motor dibuat untuk memindahkan kita dari satu tempat ke tempat yang lain...dibuat rumah untuk tempat kita berlindung...dan sebagainya!”
“Dan semestinya ekonom Islam harus ada fungsi/guna/manfaat sebagai alasan dari keberadaannya di dunia ini!”ujar Todi menekankan
“Ya, bila manusia memiliki alasan dalam berkarya/ mencipta/ menyusun sesuatu sehingga menjadi ada/nyata atau menjadi baru...... tetapi apakah seluruh apa yang ada di dunia ini adalah hasil karya/cipta/ susunan manusia? sehingga manusia mengetahui manfaat/guna/fungsi setiap sesuatu yang ada/nyata di dunia ini?”
“Ehmm....bukan karya/cipta/susunan manusia!” Todi belum sepenuhnya paham
“Apakah kamu mengetahui untuk apa ada tanaman-tanaman kecil di puncak gunung yang tidak ada manusianya...apa fungsi diciptakan ikan yang ada dikedalaman laut yang gelap dan sunyi dimana manusia akan mati kalau hidup di sana.... dan lain sebagainya?”
“Tidak, karena semua itu tidak ada manfaat/guna/fungsi bagi manusia!”kata Todi belum merasa mendapatkan jawaban
 “Artinya, manusia memahami bahwa ada/nyata atau tidaknya sesuatu di dunia ini tergantung dari nilai kemanfaatan/kegunaaan/ fungsinya bagi manusia itu sendiri...bukan bagi Allah!”jelas Pak Masyhudi
Todi tercenung mendengar pernyataan Pak Masyhudi sambil mengalihkan pandanganya ke langit-langit warung.
 “Ya, bukan bagi Allah!” tegas Todi, “Lalu, hubungannya dengan ekonomi Islam?”
“Banyak dari kita memahami ekonomi Islam itu ada/nyata di dunia ini karena nilai kemanfaatan/kegunaan /fungsinya dari perspektif manusia. Ekonomi Islam ada karena bermanfaat/berguna/berfungsi bagi kehidupan manusia namun kalau logika itu yang dipakai bukan hanya ekonomi Islam saja yang bermanfaat/berguna/berfungsi bagi manusia secara umum, tetapi juga ekonomi kapitalis!...sosialis!... pancasila!....dan jenis ekonomi lainnya!”
“Benar, tidak sedikit orang yang membenarkan dan penganut sejati kapitalis, sosialis, pancasila dan lainnya...Logika kita akan cenderung akan menyatakan; untuk apa ekonomi-ekonomi itu ada? Ya, karena ada manfaat/guna/fungsinya bagi penganutnya!” sahut Todi membenarkan kata-kata Pak Masyhudi
“Jadi nga ada bedanya kan?...Lalu, apa yang mengharuskan ekonomi Islam ada?”tanya Pak Masyhudi
“Ya, apa, Pak?”Todi balik bertanya 
“Karena ekonomi Islam bukan semata-mata ada/nyata karena alasan kemanfaatan/kegunaan/fungsi bagi manusia tetapi karena Allah memiliki alasan untuk membuat/mencipta/menyusunnya menjadi ada/nyata. Mengapa Allah membuat/mencipta/menyusun ekonomi Islam karena kemanfaatan/kegunaan/fungsi bagi mahkluk-Nya; manusia. Namun belum tentu setiap manusia memahami manfaat/kegunaan/fungsi mengapa Allah membuat/mencipta/menyusun sesuatu yang ada di muka bumi ini”
“Lalu?”
“Karena setiap manusia tidak merasakan langsung manfaat/guna/ fungsi setiap apa yang dibuat/diciptakan/disusun Allah?”
“Tidak merasakan langsung?”
 “Ya, seperti manusia belum bisa memahami manfaat/guna/fungsi tanaman yang ada dipuncak gunung yang dingin dan sepi....manusia belum  memahami manfaat/guna/ fungsi ikan yang ada di kedalaman lautan yang gelap dan sunyi!” ungkap Pak Masyhudi, “Kalau tidak ada manfaat/guna/fungsinya untuk apa Allah menciptakan semua itu!” ungkap Pak Masyhudi
“Ehmmm... ya”
“Setiap ciptaan Allah bermanfaat/berguna/berfungsi bagi manusia namun belum tentu setiap apa yang ciptakan Allah sehingga menjadi ada/nyata di dunia ini... bagi manusia dirasakan bermanfaat/berguna/berfungsi....Mengapa ini bisa terjadi karena manusia mengukur kemanfaatan/kegunaan/ fungsi apa yang ada di dunia ini menurut ukuran manusia!. Manusia tidak bisa sepenuhnya mengunakan...atau bisa dibilang tidak bisa mengunakan ukuran/standard Allah di dalam membuat/mencipta/menyusun sesuatu di dunia ini!” sejenak Pak Masyhudi menghentikan bicaranya untuk kembali menarik nafas dalam-dalam, “Oleh karennya, kita tidak bisa menemukan perbedaan kemanfaatan/guna/fungsi ekonomi Islam dan ekonomi konvensional dengan sempurna kecuali mengikuti petunjuk-Nya”
“Maka ekonomi Islam harus ada!”
“Bila telah mengimani Allah SWT sebagai Kholiq dan Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya maka manusia akan yakin bahwa Allah menciptakaan segala sesuatu yang ada/nyata di dunia ini ada manfaat/ guna/ fungsi bagi kehidupan manusia. Maka, menyakini Allah sama artinya dengan menyakini keberadaan ekonomi Islam sebagai buatan/ciptaan/susunan Allah—yang tercantum dalam al-Quran, al-Hadist dan sunah-Nya. Maka keyakinan manusia akan kekuasan/ kekuatan/kebenaran/kecerdasan Allah akan membuat ekonomi Islam itu ada dan nyata bukan hanya dalam pandangan jasmani tetapi juga rohani manusia!”
“Keyakinan... keimanan !”ucap Todi lirih.
“Ya, Ekonomi Islam hanya bisa dibeli dengan keimanan!” pungkas Pak Masyhudi sambil menyadarkan punggungnya di dinding warung.  Sedangkan, Todi menatap langit-langit  warung dengan kedua tangan menyangga dagu. Pandangannya seperti menembus atap warung mengapai bintang gemintang di angkasa. Ia merasa belitan telah lepas dari dirinya!.
Wallahu a'lam
Sumber: Milis FoSSEI

Minggu, 19 September 2010

Pasar Sukuk Inggris Mulai Menggeliat


dakwatuna.com – London. Sukuk korporasi pertama di Inggris akhirnya terbit baru-baru ini oleh International Innovative Technologies (IIT). Bermula dari kesulitan memperoleh pembiayaan dari bank, IIT pun melirik sukuk sebagai salah satu produk.
Chairman IIT, Tom Wilkinson, meyakini terdapat potensi bagi perusahaan Inggris lainnya untuk mengakses pembiayaan sesuai syariah, termasuk sukuk sebagai sumber dana alternatif. IIT yang mengkhususkan diri dalam pembuatan mesin giling ramah lingkungan ini mulai merambah pasar internasional untuk mengumpulkan dana pada saat usaha kecil dan menengah (UKM) di Inggris mengalami kesulitan mendapatkan pembiayaan dari bank.
“Investasi ke IIT melalui struktur musyarakah merupakan salah satu cara dimana perusahaan Inggris berskala kecil, menengah, dan besar dapat menghimpun sumber dana syariah untuk memenuhi modal kerja, riset dan pengembangan, keseimbangan neraca, dan kebutuhan ekspansi,” kata Wilkinson, dikutip laman Arab News, Rabu (1/9).
Sukuk IIT memiliki tenor empat tahun dengan akad musyarakah. Total penerbitan tercatat sebesar 10 juta dolar AS. Sukuk tersebut ditempatkan secara khusus oleh Millennium Private Equity Ltd yang berbasis di Dubai International Financial Centre. Sukuk IIT memiliki nilai kupon 10 persen per tahun yang akan jatuh tempo pada 2014.
Dana yang terhimpun dari sukuk, lanjutnya, akan digunakan sebagai modal untuk menumbuhkembangkan perusahaan. Ia menjelaskan IIT telah mengembangkan teknologi penggilingan inovatif yang bisa memproduksi hasil berkualitas sangat baik dengan energi rendah.
“Sukuk ini pada dasarnya merupakan convertible sukuk, dimana Millenium Private Equity Ltd dapat mengkonversi sukuk ke ekuitas,” cetus Wilkinson. Konversi tersebut, lanjutnya, akan didasarkan pada pencapaian kinerja tertentu dimana Milenium Private Equity Ltd akan menerima kepemilikan saham sesuai kesepakatan
IIT yang berada di timur laut Inggris berlokasi tak terlalu jauh dari pusaran industri keuangan syariah global. Mulanya Wilkinson diperkenalkan dengan sukuk dan Millenium Private Equity Ltd oleh salah satu investor pelopor di IIT. “Kami tadinya memiliki beberapa kekhawatiran terhadap pembiayaan syariah, tetapi tim Millennium Private Equity Ltd membantu kami memahami prinsip-prinsip syariah. Kami percaya pembiayaan syariah memiliki beragam saran mengenai tingkat utang dan jenis usaha yang tepat untuk dimasuki. Hal-hal seperti itulah yang sebenarnya bermanfaat bagi keberhasilan bisnis,” jelasnya.
Oleh karena itu, tambah Wilkinson, sekarang ini tidak ada alasan pemerintah Inggris tidak dapat mengeluarkan sukuk negara. “Ada sumber modal tersedia yang dapat dimanfaatkan hanya melalui pembiayaan syariah. Sentimen seperti itu yang selalu disuarakan oleh pasar keuangan syariah di London,” tukas Wilkinson.
Meskipun jumlah penerbitan IIT tak terlalu besar, namun hal tersebut menjadi penggerak dan memberikan dorongan psikologis penting bagi emiten potensial di Inggris dan Uni Eropa. Pemerintah Inggris telah menjadi pendukung yang paling proaktif memfasilitasi keuangan syariah sebagai salah satu komponen penting dari sektor jasa keuangan secara keseluruhan di Inggris. Selain itu Inggris juga mempromosikan London sebagai pusat keuangan syariah, perdagangan dan investasi. (Ajeng Ritzki Pitakasari/Yogie Respati/RoL)