Selasa, 28 September 2010

Indonesia Alami Pertumbuhan Asuransi Syariah Tercepat di Dunia

Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan industri asuransi syariah tercepat. Penetrasi premi asuransi syariahnya mendekati 3% dengan pertumbuhan aset mencapai 63%.

Sistem syariah boleh dikatakan tengah menjadi sorotan dunia. Tak terkecuali, asuransi syariah atau lebih dikenal dengan takaful (Islamic Insurance). Secara istimewa, sistem asuransi syariah dinilai memiliki prospek model yang begitu menjanjikan, baik dilihat dari sistemnya maupun potensi pasar yang bisa digarap.

Sepanjang 2007-2008 kontribusi asuransi syariah mencapai 28% dari seluruh kegiatan ekonomi global. Negara berkembang, misalnya, mampu menghasilkan premi hingga hampir US$1,7 miliar. Sepanjang 2009 rasio antara pendapatan premi terhadap gross domestic product (GDP) negara-negara Islam mencapai 1,3%. Sementara, negara-negara berkembang secara keseluruhan mampu mencatatkan rasio lebih tinggi, yakni 2,8% terhadap GDP.

Menurut laporan Ernst & Young (E&Y) bertajuk “Laporan Asuransi Syariah Dunia 2010”, asuransi syariah berkontribusi sekitar 29% terhadap kegiatan ekonomi di dunia atau mencapai US$5,3 miliar pada 2008. Arab Saudi dan Malaysia merupakan dua negara yang memberikan sumbangan terbesar. Arab Saudi berkontribusi hingga US$2,9 miliar, sementara Malaysia US$900 juta.

Uni Emirat Arab (UEA) dan Indonesia merupakan pasar dengan pertumbuhan tercepat. Sepanjang 2005-2008 laju pertumbuhan keduanya rata-rata mencapai 39%. Sementara, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara dengan laju 35%.

Diwajibkannya asuransi kesehatan di Arab Saudi berhasil memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan asuransi syariah negeri kaya minyak itu. Data Badan Moneter Arab Saudi menyebutkan, premi asuransi kesehatan menyumbang hampir 44% terhadap total premi di Arab Saudi dengan pertumbuhan 57%.

Sejak bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) pada 2006, Arab Saudi juga telah membuka investasi asing untuk asuransi syariah.

Dalam beberapa tahun terakhir asuransi syariah di dunia berhasil mencatatkan rata-rata pertumbuhan sebesar 20%-25%. Tahun ini kontribusi asuransi syariah diharapkan meningkat menjadi US$8,9 miliar, dengan catatan permasalahan seperti kurangnya kesadaran tentang produk asuransi syariah dan kurangnya keterampilan sumber daya manusia (SDM) di bisnis ini dapat diatasi.

Di Indonesia, asuransi syariah juga mencatatkan pertumbuhan kinerja yang cukup signifikan. Berdasarkan data Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), aset asuransi syariah sampai dengan 2009 tumbuh 63%, dari Rp1,85 triliun menjadi Rp3,02 triliun. Hingga triwulan pertama 2010 aset asuransi syariah sudah mencapai Rp3,29 triliun atau naik 8,68% (year to date).

Sumber: http://www.infobanknews.com/index.php?mib=mib_news.detail&id=4501

0 Pendapat: