KEI FEB UNS

Kajian Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Islam Pasti Menang!

Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama meskipun orang musyrik membenci." {QS. Ash Shaff (61): 9}

Sabtu, 25 Juni 2011

Seminar Nasional KEI FE UNS "Etika Bisnis Islam dalam Dunia Perbankan, antara Idealita dan Realita"

Ada kabar baru tentang kegiatan rutin KEI FE UNS. Sabtu, 11 juni 2011, KEI baru saja mengadakan seminar nasional dengan tema Etika Bisnis Islam dalam Dunia Perbankan, antara Idealita dan Realita. seminar ini merupakan salah satu rangkaian acara dari kegiatan MUREG FoSSEI. Acara yang berlangsung di Aula FE UNS itu berlangsung sesuai yang diharapkan. Pembicara yang dihadirkan untuk mengisi acarapun bukan sembarang orang. Seperti ketua PSEI (Pusat Studi Ekonomi Islam) yaitu Dr. Salamah Wahyuni, SU. Beliau yang berkesempatan menjadi keynote speaker, menjelaskan mengenai penjelasan umum etika bisnis Islam di Indonesia dan pernyataan sikap PSEI (Pusat Studi Ekonomi Islam). Sedangkan narasumber yang dihadirkan dalam seminar tersebut,  ada 3 orang. Narasumber yang pertama yaitu Prof. Dr. Muhammad, M.Ag, beliau adalah Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Yogyakarta. Beliau menyampaikan materi mengenai Pentingnya Mendorong Praktek Etika Bisnis Syariah di Bank Syariah. Lalu pembicara selanjutnya Dwiyanto, Akt. Msi. Beliau adalah Peneliti Madya dari Direktorat Perbankan Syariah Bank Syariah, Jakarta, yang berkesempatan  membahas mengenai Etika Bisnis dalam Regulasi Perbankan Syariah. Yang selanjutnya adalah Relationship manager BMI Solo, Aryo Wahjoe Seto, yang menyampaikan mengenai Etika Bisnis dengan Studi Kasus Muamalat dan juga menjelaskan mengenai Bank Muamalat Indonesia itu sendiri. Mungkin pembicara yang hadir tidak sesuai dengan informasi seminar yang telah tersebar, tetapi materi yang disampaikan oleh para pembicara di atas tetap berhubungan dengan tema yang telah ada.
Oiya, dalam sebuah seminar, tentunya terdapat peserta seminar. Peserta seminar yang hadir termasuk delegasi yang dikirim oleh setiap KSEI, yang nantinya akan mengikuti Musyawarah Regional, sebanyak 182 orang dari 204 pendaftar. Walau ada beberapa pendaftar seminar yang tidak bisa hadir, namun seminar tetap berjalan sesuai dengan yang telah dijadwalkan panitia.
Tak lupa diharapkan dengan adanya seminar tersebut, akan menambah wawasan tentang etika bisnis Islam dalam dunia perbankan dan tentunya tentang ekonomi Islam atau ekonomi syariah itu sendiri.

Selasa, 14 Juni 2011

Visi Kajian Ekonomi Islam (KEI) FE UNS

Visi KEI FE UNS Periode 2011

“Untuk Menjadi Bagian dari Sejarah Generasi Ekonomi Islam dengan Semangat Dakwah dan Ukhuwah”

To become a part of history in generation of Islamic Economics with the Spirit of Dakwah and Ukhuwah

Kamis, 02 Juni 2011

Shalat dan Shabar

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu)
orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan
bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS Al Baqarah:45-46)

Kita sering kali mencari pertolongan ke sana ke mari saat kita ditimpa masalah,
namun kita (mungkin hanya saya), malah sering lupa untuk meminta pertolongan
kepada Allah SWT melalui shalat dan shabar. Shalat adalah bukti ketundukan
kita kepada Allah SWT, shalat adalah do’a, shalat adalah ibadah yang bukan
hanya memuji Allah SWT tetapi juga berisi permintaan-permintaan kita kepada
Allh SWT.
Alangkah indahnya dalam sujud dan ruku’ kita mensucikan dan memuji Allah
sebagai simbol ketundukan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Allah Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, jangankan kepada makhluq-Nya yang tunduk
dan taat, bahkan kepada orang-orang yang membangkang pun dengan segala
kesombongannya, Allah masih tetapi memberikan nikmat tiada tara.
Mungkin kita perlu membenahi shalat kita, agar sesuai dengan syariat dan
menjalankannya dengan penuh kekhusyuan. Kita seharusnya malu jika masih
setengah-setengah menjalankan shalat, mengabaikannya, tidak peduli apakah
shalat kita sudah benar atau tidak, dan shalat hanya penggugur kewajiban.

Sudahkah shalat kita sesuai syariat?
Sudahkah kita yakin bahwa shalat kita sudah sesuai dengan syariat? Marilah kita
bertanya, apakah takbiratul ihram kita sudah benar? Jika ya, tahukah Anda ayat
atau hadits yang membuktikan bahwa takbiratur ihram kita itu sudah benar? Jika
kita masih ragu atau masih belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini,
berarti kita masih perlu belajar, masih perlu membuka buku-buku fiqh dari ulama
terpercaya.
Inspirasi buat saya, meski sudah seperempat abad saya shalat, saya harus tetap
mempelajari bagaimana cara shalat yang benar. Saya harus membaca buku dan
bertanya, bagaimana shalat yang benar, dengan mengetahui dalil-dalil yang
membuktikan kebenaran tersebut.

Sudahkah shalat kita khusyu’?
Bukan sembarang shalat yang akan menjadi penolong kita. Dalam ayat tersebut,
disebutkan bahwa orang yang bisa menjadikan shabar dan shalat sebagai
penolong ialah mereka yang khusyu’. Tidak ada ukuran baku dalam shalat
khusyu’, oleh karena itu kembali kita meminta kepada Allah SWT agar
menjadikan shalat kita dengan khusyu’.
Shalat yang khusyu adalah shalat yang dikerjakan dalam nuansa harap, cemas,
dan cinta, serta dengan takbir yang sempurna, lantunan ayat yang tartil, ruku’
dengan tawadhu, sujud dengan diliputi kerendahan hati dan keikhlasan. Tentu
tidak lupa harus sesuai dengan syariat. Sebagai tip agar shalat kita lebih khusyu’
ialah dengan menganggap bahwa shalat yang kita lakukan adalah shalat yang
terakhir, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw,
Jika kamu berdiri untuk melaksanakan shalat, maka shalatlah sperti shalatnya
orang-orang yang akan berpisah (meninggal). (HR Ibnu Majah)

Subhanallah. Allah sudah menyediakan suatu solusi kepada kita, untuk setiap
masalah yang dihadapi. Cara yang lengkap, bukan hanya mengajarkan apa yang
harus dilakukan, tetapi juga bagaimana melakukannya dengan baik yang benar.
Masihkah kita takut dengan masalah? Masihkah kita menghindari masalah?
Masihkan kita frustasi dengan masalah? Padahal Allah SWT sudah memberikan
solusi bagi kita?

Jalani hidup. Hadapi masalah. Jangan menjadi pengecut sehingga kita tidak
berkarya, tidak mencoba berbuat sesuatu yang besar karena takut masalah
menghadap kita. Banyak pemuda yang enggan menikah karena alasan belum
siap, padahal solusi sudah disiapkan oleh Allah SWT. Banyak orang yang tidak
mau memikul beban dakwah, padahal solusi sudah disiapkan oleh Allah SWT.
Saat Rasulullah saw dan para sahabat hijrah, mereka meninggalkan kampung
halaman, meninggal harta benda, dan meninggalkan keluarga. Mereka
mengambil resiko untuk meraih sesuatu yang lebih besar. Mereka tahu, masalah
bisa saja muncul baik saat hijrah dan setelahnya. Tetapi mereka tetap
menjalaninya, karena mereka yakin masalah yang akan ditemui, Allah SWT
sudah menyiapkan solusinya.
Rasulullah saw selalu menjadikan shalat sebagai solusi berbagai masalah
seperti yang kita baca dalam berbagai riwayat. Hudzaifa bin Al Yaman
menceritakan, “Jika Rasulullah saw ditimpa sebuah kesulitan beliau bersegera
melaksanakan shalat.” Begitu juga yang diriwayatkan oleh Haritsah bin Madhrib,
“Aku mendengar Ali ra. berkata, ‘Kamu melihat kami dan segala keadaan kami
pada malam perang Badar kecuali Rasulullah saw, beliau mengerjakan shalat
dan berdo’a hingga datang waktu subuh.’”
Sering kali saya mendengar jika seseorang sakit dia seolah-olah ada alasan
untuk tidak shalat. Padahal justru shalat bisa mengobati penyakit, seperti apa
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah saat dirinya sedang sakit perut. Rasulullah
saw. bertanya, “Apa kamu sakit perut?” Ia menjawab. “Benar.” Beliau bersabda,
“Berdirilah dam kerjakan shalat. Sesungguhnya dalam shalat itu terdapat
kesembuhan.”
Allahuakbar. Marilah kita hadapi hidup dengan tegar. Biarkan masalah datang,
tidak usah kita hindari apa lagi lari dari masalah. Saat kita lari dari masalah,
sebenarnya hanya menuju ke masalah yang lain yang mungkin saja lebih besar
dari masalah yang kita hadapi saat ini. Kita sudah memiliki solusi dari setiap
masalah yang muncul yang sudah disiapkan oleh Allah SWT untuk kita. Marilah
jalani hidup dengan lebih semangat dan optimis. Tidak ada alasan untuk tidak.

Saat kesulitan menghimpit, bersabarlah….
Saat kita menghadapi masalah. Saat kita memerlukan pertolongan, yang kita
bisa lakukan selain shalat adalah bershabar. Memang ada yang lain? Usaha!
Yah usaha, yang sebenarnya usaha adalah bagian dari shabar. Hanya saja
usaha dalam rangka shabar lebih bermakna ketimbang hanya usaha saja yang
bisa saja membuat kita frustasi.
Memang, makna kesabaran bukanlah kita diam, pasrah, dan menyerah. Shabar
bersanding dengan usaha bahkan dalam berbagai ayat kita temukan shabar
sering disandingkan dengan kata jihad. Inilah maknanya buat kita,

Usaha/jihad + shabar = pertolongan Allah SWT

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada
Allah, supaya kamu beruntung. (QS. Ali 'Imraan: 200)

Jadi janganlah cepat menyerah. Majulah terus, usahalah terus, sebab jika kita
shabar insya Allah, Allah SWT akan menolong kita karena ini yang
diperintahkan-Nya kepada kita. Kenapa harus takut jika ada jaminan dari Allah?
Kenapa harus ragu jika Allah SWT akan menolong kita? Ini bukan kata saya, ini
ayat Al Quran, yang ditujukan untuk kita semua.
Dengan bershabar, kita akan menjadi lebih semangat dalam menjalani hidup.
Bagaimana tidak, pertolongan Allah SWT sudah di depan mata. Tinggal sejauh
mana kita bisa meraih pertolongan tersebut dengan kesabaran kita.

Kesulitan

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Alam Nasyrah:5-6).
Jika kita membaca ayat ini, mengapa kita harus takut. Sebab jika saat ini kita
sedang sulit, maka esok kemudahanlah yang akan menghampiri kita. Ayat ini
sungguh memberikan inspirasi bagi kita yang sedang mengalami kesulitan, ayat
yang memberikan dorongan kepada kita untuk tetap bertahan, tetap semangat
dalam menghadapi hidup yang penuh kesulitan.
Kemudahan, atau pertolongan Allah SWT, akan datang. Tenanglah! Seperti
tenangnya Nabi Musa as. saat akan tersusul oleh pasukan Fir’aun, seperti
diceritakan dengan indah dalam Al Quran,
Maka Fir'aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari
terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikutpengikut
Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa
menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku,
kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". (QS. Asy Syu'araa':60-62).
Jika kita meneladani Nabi Musa as., kita juga bisa mengatakan “sesungguhnya
Allah bersamaku, Dia akan memberikan petunjuk kepadaku” saat kita ditimpa
masalah yang seolah-olah tidak akan bisa hadapi atau selesaikan. Jadi,
janganlah bersedih dan janganlah berputus asa saat kesulitan menghimpit kita,
karena dengan pertolongan Allah SWT, kemudahan akan datang kepada kita.
Jangan pernah terhimpit, karena keadaan akan berubah. Seperti sebuah lagu
dari mendiang Chrisye, Badai pasti berlalu. Tunggulah kemudahan tersebut,
sudah dijamin koq oleh Allah dalam Al Quran yang mustahil salah. Tentu saja
sambil mengharap pertolongan Allah dengan shabar dan shalat. Hari esok
adalah ghaib, kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok, bisa saja esoklah
datangnya kemudahan tersebut. Jadi selalu ada harapan di hari esok. Justru jika
kita tidak memiliki harapan di hari esok, artinya kita sudah sok mengetahui apa
yang akan terjadi esok hari. Kita menganggap esok hari akan seperti ini saja,
maka sama artinya kita mendahului ketentuan Allah SWT. Allahlah yang
menentukan hari esok akan seperti apa, dan kita memang tidak diberitahu. Bisa
saja besok hidup kita lebih baik. Besok, selalu ada harapan untuk kita.
Begitu juga dengan rezeki, mungkin saat ini begitu sulit karena akan ada
kemudahan setelah ini. Jangan sampai kita menyerah dengan cara tidak mau
mencari rezeki yang lebih besar karena takut kehilangan rezeki yang sudah ada.
Ada juga yang berharap kepada orang dengan cara menjilat dan merendahkan
diri dihadapan orang lain.
Allah sudah menyiapkan rezeki bagi kita, jadi meskipun saat ini serasa sulit,
sebenarnya sudah Allah siapkan untuk kita. Kemudahan akan kita dapatkan
setelah kesulitan ini.
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
(QS. Huud:6).
Hikmah Kesulitan
Daripada tenggelam dengan kesedihan akibat kesulitan, mengapa kita tidak
berusaha mengambil hikmah dengan cara berprasangka baik kepada Allah
SWT. Mungkin dengan datangnya kesulitan kepada kita, agar kita:
1. memiliki hati yang lebih kuat, sebab kesulitan menguatkan hati kita
2. sadar dengan segala kekurangan dan kesalahan sehingga kita bertaubat
dan dosa kita diampuni.
3. bebas dari rasa ‘ujub, kesulitan adalah bisa saja sebagai teguran karena
kita merasa bisa dan merasa pintar
4. tidak lalai, sudah nyata kesulitan ada dihadapan kita
5. lebih banyak mengingat Allah SWT
6. lebih bershabar, karena mungkin saja kesulitan ini adalah latihan
bersabar

Ketakutan Yang Terbalik

Penghalang terbesar manusia untuk meraih sukses dan keberhasilan adalah rasa takut. Takut akan kegagalan, takut akan penolakan, takut akan kerugian, dan takut akan ketidak pastisan. Bohong besar jika di dunia ini ada seorang manusia yang dilahirkan tanpa rasa takut. Saya percaya setiap orang memliki rasa takut, hanya saja memiliki tingkat intensitas yang berbeda.   Rasa takut adalah pemberian berharga dari Tuhan. Tanpa rasa takut kita tidak akan pernah tahu apa itu keberanian, tanpa rasa sedih kita tidak akan pernah tahu apa itu kebahagiaan. Sebagian besar orang menjadikan rasa takut sebagai kelemahan mereka, sebaliknya orang sukses selalu menjadikan rasa takut sebagai kekuatan mereka. Beberapa orang sering bertanya hal ini kepada Saya, “Bagaimana mungkin menjadikan rasa takut sebagai kekuatan?!” Saya selalu menjawab, “Jauh lebih mudah membalikan rasa takut kita menjadi kekuatan, dibanding menghilangkan rasa takut itu sendiri.   Apakah Anda pernah melihat seorang yang tidak bisa berlari, tiba - tiba berlari seperti layaknya pelari kelas dunia setelah dikejar oleh anjing? Apa yang membuat orang itu bisa berlari dengan kencang? Jawabannya adalah “Rasa Takut”.terhadap anjing. Terkadang potensi dan kekuatan yang terpendam dalam diri kita akan keluar ketika kita mengalami rasa takut. Jangan jadikan rasa takut Anda sebagai kelemahan, tetapi jadikan rasa takut Anda sebagai kekuatan.   Seorang Sales yang sukses juga memiliki rasa takut, tapi ketakutan yang terbalik. Ia bukan takut ditolak oleh calon pelanggannya, tetapi ia takut jika ia tidak berjuang menjadi seorang sales yang sukses maka ia tidak bisa membahagiakan keluarganya. Seorang pengusaha yang sukses juga memiliki rasa takut, tetapi ketakutan yang terbalik. Ia bukan takut rugi dalam berinvestasi, tetapi ia takut jika ia tidak berinvestasi ia akan kehilangan kesempatan emas. Rasa takut bisa menjadi batu sandungan bagi setiap orang, namun rasa takut juga bisa menjadi batu lompatan untuk meraih kesuksesan  Ketakutan sesungguhnya adalah hasil dari imajinasi yang kita ciptakan sendiri. Apa yang kita takuti tidaklah semenakutkan apa yang sebenarnya. Pesan Saya hanya satu, Do What You Fear, Watch it Disappear! Lakukan apa yang Anda takuti, maka Anda akan melihat ketakutan tersebut lenyap begitu saja.   ~Original Article by Bong Chandra~  September 7, 2010

Kebohongan Terbesarku

     Orang tua mana yang pernah mengajari anaknya untuk berbohong dan sekolah mana yang pernah mengajari muridnya untuk berbohong. Namun walaupun tidak pernah ada mata pelajaran berbohong, kita tetap saja ahli dan cekatan dalam berbohong (apalagi dalam keadaan terdesak). Sebagian besar orang berbohong untuk kepentingan dan keuntungan diri mereka sendiri. Mereka yang sering berbohong mengatakan, “Kalau bohong besar memang tidak boleh, tapi kalau bohong kecil itu sah - sah saja…” Di luar dari apakah anda setuju atau tidak dengan pernyataan tersebut, tahukah Anda apa yang menjadi kebohongan terbesar yang sering dilakukan manusia?   Salah satu kebohongan terbesar yang sering dilakukan oleh manusia adalah ketika mereka berkata kepada diri sendiri, “Aku tidak sanggup melakukannya, aku terlalu muda, aku tidak mempunyai modal, pendidikanku tidak tinggi, aku tidak mempunyai pengalaman, orang tuaku tidak mendukung, dan sebagainya.” Itulah kebohongan terbesar. Mereka yang gagal adalah mereka yang sering berbohong kepada diri mereka sendiri.   Setiap manusia memiliki potensi yang tidak terbatas ketika mereka jujur terhadap diri mereka sendiri. Bill Gates memulai bisnisnya di garasi rumah, Bob Sadino tidak memiliki pendidikan yang tinggi, Valentino Rossi tidak mendapatkan dukungan dari orang tuanya, dan Bong Chandra menjadi Motivator di usia 18 tahun. Berapapun usia Anda, apapun pendidikan Anda, dan berapapun modal yang Anda miliki, semua itu bukanlah penghalang terbesar Anda dalam meraih kesuksesan. Penghalang terbesar adalah diri Anda sendiri.   Jika Anda berpikir Anda diciptakan untuk menjadi pecundang, Anda lagi - lagi telah berbohong. Anda diciptakan untuk menjadi pemenang bukan pecundang, Anda diciptakan untuk melakukan pekerjaan yang besar bukan pekerjaan kecil, Anda belum mengeluarkan semua potensi yang Anda miliki. Berhentilah berbohong, Saya tahu dan percaya Anda dapat melakukannya. Jika tidak ada seorangpun yang mempercayai Anda, ketahuilah bahwa mereka juga sedang berbohong. Percayalah dengan diri Anda, percaya bahwa Anda dapat melakukannya, itulah kejujuran sejati.   ~Original Article by Bong Chandra~  September 7, 2010

HATI DARI BAJA

by Pena Pencari Ilmu on Sunday, October 24, 2010 at 12:50pm
Waktu itu di tepi pantai duduklah seorang wanita di atas karpetnya dan didekatnya terhidang secangkir teh. Dia memandangi lingkaran matahari yang sedang tenggelam di ufuk untuk melewatkan satu hari dari hidupnya yang sudah mencapai usia 70 tahun. Dia memandangi air laut yang memantulkan sinar ufuk yang berwarna kuning keemasan. Terlihat sangat indah. Akan tetapi, dia tidak pernah melupakan berapa banyak tragedi dan cerita yang bergejolak di dalam hatinya. Lalu dia kembali ke tempatnya, mengingat-ngingat hakikat kehidupannya yang ternyata mirip dengan laut di hadapannya.
Di dekatnya duduklah sebuah keluarga yang datang ke laut untuk memecah rutinitas kehidupan sehari-hari. Juga untuk melupakan sebagian dari mesin kehidupan sehari-hari dengan segala hiruk-pikuknya dan ketegangan jiwa yang ditimbulkannya.

Perhatikanlah, sebagian anggota keluarga menghabiskan waktu mereka sambil mengobrol ke sana kemari dan menyantap makanan mereka hingga lewat tengah malam. Sementara nenek tua itu tetap duduk seorang diri sambil minum teh memandangi lautan. Tiba-tiba salah satu dari mereka tidak kuasa menahan dirinya dan berkata : “Apakah engkau ingin kami mengantarmu ke suatu tempat? Jangan-jangan ada sesuatu yang buruk. Kami tidak melihat siapa-siapa di dekatmu.”

Nenek itu menjawab : “Entahlah, tapi ia meninggalkan secarik kertas di tanganku.” Laki-laki itu langsung mengambilnya dan membacanya. Ternyata tertulis, “Siapapun yang membaca tulisan ini harus mengirimkan wanita ini ke panti jompo.” Mereka semua tersentak kaget ketika mengetahui tragedi yang menimpa nenek ini. Padahal, sepanjang hidupnya dia pernah menyusui, begadang dan hamil untuk anak durhaka yang membuangnya begitu saja ke tepi laut ketika usianya sudah senja. Persis seperti laut yang membuang buihnya ke pantai.

Hendaklah kita semua mengambil pelajaran berharga dari kisah ini. Dan hendaklah kita tahu bahwa akhir perjalanan orang yang berbuat seperti itu adalah sangat buruk. Kita semua harus mendidik putera-puteri kita dengan pendidikan yang baik, agar kita dapat menjamin bakti mereka di dalam kehidupan dan doa mereka di dalam kematian.

Dicuplik dari :

Ahmad Sâlim Bâduwaylân, Mausū’ah al-Qoshosh al-Mu`atstsiroh, Ind : ”Malam Pertama Setelah Itu Air Mata”, Pustaka ELBA, Surabaya : 1428/2007]