Senin, 20 Mei 2013

Muslim 'Wajib' Kaya!!


Orang kaya nanti di akhirat hisabnya lama.

Untuk apa hidup terlalu kaya?

‘Sederhana’ lebih baik daripada hidup kaya.


Entah gimana ceritanya, tapi secara tidak langsung, umat Islam selalu dibuat berpikir kalo kaya itu berat tanggungjawabnya, hisab di akhirat berat, de el el. Intinya, hidup pas pas-an seolah lebih baik daripada hidup kaya.




Padahal ada sebuah kisah menarik tentang masalah ini. Simak yuuk..



Pengaduan Si Miskin


“Ya Rasulullah,” ujar shahabat Rasul yang miskin suatu hari, “Orang-orang kaya telah memborong semua pahala dan tingkat-tingkat yang tinggi serta kesenangan yang abadi.”



“Mengapa demikian?” Rasul shallallahu ‘alaih wa salam balik bertanya.


“Mereka shalat sebagaimana kami, dan shaum sebagaimana kami, dan mereka memerdekakan budak, sedang kami tidak memerdekakan budak.”


Maka Rasul pun mengajarkan para shahabat yang miskin sebuah amalan yang dapat mengejar pahala shahabat yang kaya, yaitu dengan membaca tasbih (Subhanallah), takbir (Allahu Akbar), dan tahmid (Alhamdulillah) selesai shalat 33 kali.


Apakah kisah ini selesai sampai di sini? Ternyata tidak!


Beberapa waktu kemudian, para shahabat yang miskin itu mengadu lagi kepada Nabi shallallahu ‘alaih wa salam. Apa pasal?


“Ya Rasulullah, saudara-saudara kami yang kaya mendengar perbuatan kami, maka mereka berbuat sebagaimana perbuatan kami.” Ternyata shahabat yang kaya pun juga mengamalkan dzikir yang diajarkan Rasul kepada shahabat yang miskin.


Apa jawab Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaih wa salam?


“Itulah kurnia Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”




Kekayaan Rasul dan Para Shahabat


Tapi bukankah Rasul mengajarkan kita untuk hidup zuhud dan sederhana? Bukankah Rasul saja hidupnya sangat sederhana?


Yang menjadi kesalahpahaman adalah makna zuhud. Zuhud bukan berarti miskin. Zuhud dan miskin itu sangat berbeda!


“Zuhud itu adalah kamu meninggalkan perbuatan yang tidak berfaedah untuk akhiratmu.” Ujar Ibnu Taimiyah, ‘ulama’ kenamaan di abad pertengahan. Artinya, jika saat ini kekuatan ekonomi adalah kebutuhan umat untuk bangkit maka memperkuat ekonomi individu juga bagian dari zuhud. Bahasa gampangnya, zuhud itu meninggalkan dunia karena pilihan sendiri. Miskin itu ditinggal dunia.


Setelah itu, kita lihat sekilas mengenai kehidupan Rasul dan para shahabat.


Pada saat pernikahan antara Khadijah dan Nabi Muhammad berlangsung (saat itu Muhammad belum menjadi nabi), Muhammad memberikan mahar alias mas kawin kepada Khadijah sebanyak 20 ekor unta. Tahukah kamu, seekor unta sebanding dengan Rp 13 juta. Kalo dua puluh? Ya sekitar 260 juta rupiah. Itu baru mas kawin, belum harta yang lain.


Tahu Abu Bakar radhiallahu ‘anhu –semoga Allah meridhainya-?? Beliau adalah salah satu shahabat Rasul yang dijamin masuk surga, sekaligus khalifah pertama pasca Rasul wafat.


Saat seorang shahabat, Bilal, disiksa oleh majikannya yang bernama Umaiyah ibn Khalaf (Bilal adalah budaknya Umaiyah) karena ke-Islamannya, Abu Bakar membeli Bilal dengan harga 9 uqiah emas. Tahukah kamu, 1 uqiah = 31,7475 gram emas. Sekarang cari info deh, berapa harga 1 gram emas. Trus kaliin 31 deh.


Setelah menjualnya, Umaiyah mengatakan bahwa sebenarnya harga Bilal lebih murah dari itu. Maksudnya, Umaiyah ingin membuat Abu Bakar nyesel udah mengeluarkan uang sebanyak itu buat membeli Bilal. Apa jawaban Abu Bakar?


“Jika kamu menjualnya dengan harga 100 uqiah pun saya akan beli!”


Hayooo.. 100 uqiah itu berapa gram emas ya?


Ibnu ‘Umar berkata, “Di awal ke-Islaman Abu Bakar radhiallahu ‘anhu, seluruhnya 40.000 dirham habis untuk memerdekakan budak dan menolong agama.” Tahukah kamu, 1 dirham sama dengan  2,975 gram perak. Berapa sih harga 1 gram perak sekarang? Nah, terus kaliin 40.000 deh. Tapi ingat, ini beliau keluarkan baru pada saat awal ke-Islaman lho ya.. Itupun yang diketahui.


‘Umar ibn Khaththab radhiallahu ‘anhu, salah satu shahabat Rasul terjamin jannah (surga) sekaligus khalifah kedua umat Islam. Beliau memiliki 70.000 aset properti (ladang pertanian) senilai masing-masing (masing-masing lho ya!) sekitar 160 juta rupiah. Pendapatan dari properti bisa mencapai 40 juta x 70.000 lokasi dengan total penghasilan mencapai 2,8 triliun rupiah.

Kekayaan bisa menjadi sarana ampuh meraih jannah



Ada lagi nih, ‘Utsman ibn ‘Affan radhiallahu ‘anhu. Shahabat terjamin jannah sekaligus menantu Rasul ini punya simpanan 151 dinar. Sebagai pengingat, 1 dinar = 4,25 gram emas. Nah, berapa tuh harga 1 gram emas, terus dikalikan 4,25, trus kaliin 151 deh. ‘Utsman juga mewariskan properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar dan beberapa sumur senilai 200.000 dinar. (masih inget kan, 1 dinar berapa gram emas?)


Berikutnya, ada shahabat Zubair ibn Awwam radhiallahu ‘anhu. Sebagai catatan, beliau juga shahabat yang dijamin masuk jannah. Kekayaan beliau mencapai 50.000 dinar lhoo.. Beliau juga punya 1.000 ekor kuda perang. Sebagai catatan, seekor kuda pilihan mahal harganya.


‘Abdurrahman ibn ‘Auf radhiallahu anhu juga salah satu shahabat yag dijamin masuk jannah (surga) sekaligus pebisnis yang handal. Banyak yang menggelari beliau ‘shahabat Nabi terkaya’.


Beliau pernah menyumbang 500 ekor kuda untuk kepentingan perang. Bayangin, 1 ekor saja berapa harganya, ini 500 ekor.


Dalam satu kali pertemuan (ingat! Baru satu kali pertemuan), beliau pernah berinfaq sebesar 40.000 dinar. Sebagai pengingat, 1 dinar = 4,25 gram emas. Nah, berapa tuh harga 1 gram emas, terus dikalikan 4,25, trus kaliin 40.000 deh. *kalkulator error!!


Beliau juga pernah lho menyumbangkan seluruh barang yang dibawa kafilah dagangnya kepada penduduk Madinah. Padahal kafilah dagangnya totalnya sampe diangkut 700 ekor unta!!


Bagaimana sodara-sodara? Inget ya, kekayaan mereka 100% halal lho. Nggak pake istilah bunga, riba, de el el. Makanya harta mereka berkah dan seolah rezekinya mengaliiir teruuuus. Jangan nggumun, para shahabat ini menjalankan bisnis go international, dagang sampai Syam (Palestina, Syiria, dan sekitarnya), Mesir, Yaman, de el el, jadi pantes kaya.




Kaya dan Hidup Sederhana!!


Udah baca sekilas tentang kekayaan para shahabat? Mereka semua ini dijamin masuk jannah, lho! Di sisi lain, harta mereka nggak tanggung-tanggung!!


Walaupun begitu, mereka adalah orang-orang yang zuhud dan memilih hidup sederhana. Rasul shallallahu ‘alaih wa salam tidur cuma beralaskan pelepah kurma. ‘Abdurrahman ibn ‘Auf juga sampe nggak bisa dibedain dengan pelayannya kalo lagi kumpul bareng.


Jadi kita bisa ambil kesimpulan. Sebagai seorang muslim, dari segi kepemilikan harta, kita dianjurkan berusaha punya banyak harta. Namun dari segi gaya hidup, kita harus tetap zuhud dan sederhana, hanya menggunakan harta seperlunya saja dan nggak perlu bermewah-mewah. Sisa hartanya bisa kita jadikan ladang pahala. Bisa buat ‘umrah atau haji. Atau mendanai orang lain ‘umrah atau haji. Membuka lapangan kerja besar-besaran untuk mengentaskan kemiskinan juga bisa. Tentu ini butuh modal besar duluan, kan?


Jadi, seorang Muslim 'wajib' kaya. Nggak cuma kaya hati, kaya iman, kaya batin, de el el, namun juga kaya iman sekaligus kaya harta. 

“Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan Alquran dan ia membacanya di waktu malam dan di waktu siang dan terhadap orang yang Allah berikan harta dan ia membelanjakannya untuk kebaikan di waktu malam dan di waktu siang.” {HR. Muslim}

Referensi: Kurniawan, J. Endy. Think Dinar!

0 Pendapat: