Orang kaya nanti di akhirat hisabnya
lama.
Untuk apa hidup terlalu kaya?
‘Sederhana’ lebih baik daripada
hidup kaya.
Entah gimana ceritanya, tapi secara
tidak langsung, umat Islam selalu dibuat berpikir kalo kaya itu berat
tanggungjawabnya, hisab di akhirat berat, de el el. Intinya, hidup pas pas-an
seolah lebih baik daripada hidup kaya.
Padahal ada sebuah kisah menarik
tentang masalah ini. Simak yuuk..
Pengaduan Si Miskin
“Ya
Rasulullah,” ujar
shahabat Rasul yang miskin suatu hari, “Orang-orang
kaya telah memborong semua pahala dan tingkat-tingkat yang tinggi serta
kesenangan yang abadi.”
“Mengapa
demikian?” Rasul shallallahu ‘alaih wa salam balik
bertanya.
“Mereka
shalat sebagaimana kami, dan shaum sebagaimana kami, dan mereka memerdekakan
budak, sedang kami tidak memerdekakan budak.”
Maka Rasul pun mengajarkan para
shahabat yang miskin sebuah amalan yang dapat mengejar pahala shahabat yang
kaya, yaitu dengan membaca tasbih (Subhanallah),
takbir (Allahu Akbar), dan tahmid (Alhamdulillah) selesai shalat 33 kali.
Apakah kisah ini selesai sampai di
sini? Ternyata tidak!
Beberapa waktu kemudian, para shahabat
yang miskin itu mengadu lagi kepada Nabi shallallahu
‘alaih wa salam. Apa pasal?
“Ya
Rasulullah, saudara-saudara kami yang kaya mendengar perbuatan kami, maka
mereka berbuat sebagaimana perbuatan kami.” Ternyata shahabat yang kaya pun juga mengamalkan
dzikir yang diajarkan Rasul kepada shahabat yang miskin.
Apa jawab Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaih wa salam?
“Itulah
kurnia Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”
Kekayaan Rasul dan
Para Shahabat
Tapi bukankah Rasul mengajarkan kita
untuk hidup zuhud dan sederhana? Bukankah Rasul saja hidupnya sangat sederhana?
Yang menjadi kesalahpahaman adalah
makna zuhud. Zuhud bukan berarti miskin. Zuhud dan miskin itu sangat berbeda!
“Zuhud
itu adalah kamu meninggalkan perbuatan yang tidak berfaedah untuk akhiratmu.” Ujar Ibnu Taimiyah, ‘ulama’
kenamaan di abad pertengahan. Artinya, jika saat ini kekuatan ekonomi adalah
kebutuhan umat untuk bangkit maka memperkuat ekonomi individu juga bagian dari
zuhud. Bahasa gampangnya, zuhud itu meninggalkan dunia karena pilihan sendiri.
Miskin itu ditinggal dunia.
Setelah itu, kita lihat sekilas
mengenai kehidupan Rasul dan para shahabat.
Pada saat pernikahan antara Khadijah
dan Nabi Muhammad berlangsung (saat itu Muhammad belum menjadi nabi), Muhammad
memberikan mahar alias mas kawin kepada Khadijah sebanyak 20 ekor unta. Tahukah
kamu, seekor unta sebanding dengan Rp 13 juta. Kalo dua puluh? Ya sekitar 260
juta rupiah. Itu baru mas kawin, belum harta yang lain.
Tahu Abu Bakar radhiallahu ‘anhu –semoga Allah meridhainya-?? Beliau adalah salah
satu shahabat Rasul yang dijamin masuk surga, sekaligus khalifah pertama pasca
Rasul wafat.
Saat seorang shahabat, Bilal,
disiksa oleh majikannya yang bernama Umaiyah ibn Khalaf (Bilal adalah budaknya
Umaiyah) karena ke-Islamannya, Abu Bakar membeli Bilal dengan harga 9 uqiah
emas. Tahukah kamu, 1 uqiah = 31,7475 gram emas. Sekarang cari info deh, berapa
harga 1 gram emas. Trus kaliin 31 deh.
Setelah menjualnya, Umaiyah
mengatakan bahwa sebenarnya harga Bilal lebih murah dari itu. Maksudnya,
Umaiyah ingin membuat Abu Bakar nyesel udah mengeluarkan uang sebanyak itu buat
membeli Bilal. Apa jawaban Abu Bakar?
“Jika
kamu menjualnya dengan harga 100 uqiah pun saya akan beli!”
Hayooo.. 100 uqiah itu berapa gram emas
ya?
Ibnu ‘Umar berkata, “Di awal ke-Islaman Abu Bakar radhiallahu ‘anhu,
seluruhnya 40.000 dirham habis untuk memerdekakan budak dan menolong agama.”
Tahukah kamu, 1 dirham sama dengan 2,975
gram perak. Berapa sih harga 1 gram perak sekarang? Nah, terus kaliin 40.000
deh. Tapi ingat, ini beliau keluarkan baru pada saat awal ke-Islaman lho ya..
Itupun yang diketahui.
‘Umar ibn Khaththab radhiallahu ‘anhu, salah satu shahabat
Rasul terjamin jannah (surga) sekaligus khalifah kedua umat Islam. Beliau memiliki
70.000 aset properti (ladang pertanian) senilai masing-masing (masing-masing
lho ya!) sekitar 160 juta rupiah. Pendapatan dari properti bisa mencapai 40
juta x 70.000 lokasi dengan total penghasilan mencapai 2,8 triliun rupiah.
Kekayaan bisa menjadi sarana ampuh meraih jannah
Ada lagi nih, ‘Utsman ibn ‘Affan radhiallahu ‘anhu. Shahabat terjamin
jannah sekaligus menantu Rasul ini punya simpanan 151 dinar. Sebagai pengingat,
1 dinar = 4,25 gram emas. Nah, berapa tuh harga 1 gram emas, terus dikalikan
4,25, trus kaliin 151 deh. ‘Utsman juga mewariskan properti sepanjang wilayah
Aris dan Khaibar dan beberapa sumur senilai 200.000 dinar. (masih inget kan, 1
dinar berapa gram emas?)
Berikutnya, ada shahabat Zubair ibn
Awwam radhiallahu ‘anhu. Sebagai catatan,
beliau juga shahabat yang dijamin masuk jannah. Kekayaan beliau mencapai 50.000
dinar lhoo.. Beliau juga punya 1.000 ekor kuda perang. Sebagai catatan, seekor
kuda pilihan mahal harganya.
‘Abdurrahman ibn ‘Auf radhiallahu anhu juga salah satu
shahabat yag dijamin masuk jannah (surga) sekaligus pebisnis yang handal.
Banyak yang menggelari beliau ‘shahabat Nabi terkaya’.
Beliau pernah menyumbang 500 ekor
kuda untuk kepentingan perang. Bayangin, 1 ekor saja berapa harganya, ini 500
ekor.
Dalam satu kali pertemuan (ingat! Baru
satu kali pertemuan), beliau pernah berinfaq sebesar 40.000 dinar. Sebagai pengingat,
1 dinar = 4,25 gram emas. Nah, berapa tuh harga 1 gram emas, terus dikalikan
4,25, trus kaliin 40.000 deh. *kalkulator error!!
Beliau juga pernah lho menyumbangkan
seluruh barang yang dibawa kafilah dagangnya kepada penduduk Madinah. Padahal
kafilah dagangnya totalnya sampe diangkut 700 ekor unta!!
Bagaimana sodara-sodara? Inget ya,
kekayaan mereka 100% halal lho. Nggak pake istilah bunga, riba, de el el. Makanya
harta mereka berkah dan seolah rezekinya mengaliiir teruuuus. Jangan nggumun, para shahabat ini menjalankan
bisnis go international, dagang
sampai Syam (Palestina, Syiria, dan sekitarnya), Mesir, Yaman, de el el, jadi
pantes kaya.
Kaya dan Hidup
Sederhana!!
Udah baca sekilas tentang kekayaan
para shahabat? Mereka semua ini dijamin masuk jannah, lho! Di sisi lain, harta
mereka nggak tanggung-tanggung!!
Walaupun begitu, mereka adalah
orang-orang yang zuhud dan memilih hidup sederhana. Rasul shallallahu ‘alaih wa salam tidur cuma beralaskan pelepah kurma. ‘Abdurrahman
ibn ‘Auf juga sampe nggak bisa dibedain dengan pelayannya kalo lagi kumpul
bareng.
Jadi kita bisa ambil kesimpulan. Sebagai
seorang muslim, dari segi kepemilikan harta, kita dianjurkan berusaha punya banyak harta. Namun
dari segi gaya hidup, kita harus tetap zuhud dan sederhana, hanya menggunakan
harta seperlunya saja dan nggak perlu bermewah-mewah. Sisa hartanya bisa kita
jadikan ladang pahala. Bisa buat ‘umrah atau haji. Atau mendanai orang lain ‘umrah
atau haji. Membuka lapangan kerja besar-besaran untuk mengentaskan kemiskinan
juga bisa. Tentu ini butuh modal besar duluan, kan?
Jadi, seorang Muslim 'wajib' kaya. Nggak
cuma kaya hati, kaya iman, kaya batin, de el el, namun juga kaya iman sekaligus
kaya harta.
“Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali
terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan Alquran dan ia
membacanya di waktu malam dan di waktu siang dan terhadap orang yang Allah
berikan harta dan ia membelanjakannya untuk kebaikan di waktu malam dan di
waktu siang.” {HR. Muslim}
Referensi: Kurniawan, J. Endy. Think Dinar!
0 Pendapat:
Posting Komentar