Oleh: Punto
Jatmiko
(Manager of
Research and Developmet KEI FE UNS)
Dari kiri: Ali Imron, Prof. Bambang Setiaji, Saptuari Sugiarto |
KEI
FE UNS mengangkat tema ini mengingat jumlah pengusaha di Indonesia baru
sebanyak 1,56% dari total jumlah penduduk di Indonesia. Padahal menurut sebuah
hasil penelitian mengatakan bahwa kondisi perekonomian suatu negara yang
standar adalah memiliki 2% pengusaha dari jumlah penduduk. Hal ini masih cukup
jauh mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 295 juta jiwa. Maka dalam kegiatan ini diharapkan mampu
memberikan pemahaman bagi masyarakat secara umum terkait kondisi perekonomian
Indonesia dan juga diharapkan mampu memotivasi masyarakat untuk membuka usaha dengan
menumbuhkan nilai-nilai Islam didalamnya.
Pada sesi pertama yang
seharusnya diisi oleh Dra. Hj. Rustriningsih, M.Si namun beliau berhalangan
hadir kemudian digantikan oleh Kepala Bagian Perkonomian Jawa Tengah Edi
Sulistyo Bramantyo, SE. MM. beliau menjelaskan terkait perkembangan industri
syariah di Indonesia dan di dunia. Beliau menyatakan bahwa perekonomian yang
didasarkan atas sistem syariah terbukti mampu menghadapi ancaman krisis seperti
halnya krisis moneter yang melanda Indonesia tahun 1998 kemarin dan membuktikan
bahwa bank syariah tetap berdiri tegak sedangkan beberapa bank konvensional
yang lain dalam ancaman besar. Bukti lain juga terlihat dari banyaknya negara
yang menerapkan sistem syariah pada industri perbankan yang notabene bukan
negara muslim. Hal tersebut sekaligus menjadi bukti bahwa sistem syariah
merupakan rahmatan lil`alamin. Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat perlu
melakukan sinergisasi guna mendorong industri syariah berkembang agar dapat memberikan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Kemudian
dalam materi kedua yang di sampaikan oleh Prof. Muhammad yaitu mengenai
pengembangan sharia entrepreneurship di
Indonesia. Kewirausahaan merupakan faktor produksi yang sangat strategis dalam
rangka meningkatkan daya saing ekonomi suatu bangsa. Kewirausahaan merupakan
motor inovasi dan pertumbuhan ekonomi nasional, serta simulator peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Kewirausahaan juga merupakan pondasi yang kokoh bagi
pembangunan ekonomi, sosial dan politik yang lebih demokratis, karena melalui
kewirausahaan mampu membangu kemandirian masyarakat. Oleh karena itu
kewirausahaan harus menjadi prioritas dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan meningkatkan daya saing bangsa.
Dalam
materi yang di sampaikan Prof. Muhammad bahwa beliau memaparkan strategi dan tujuan
dalam berwirausaha, yaitu kegiatan perdagangan untuk mencari keuntungan,
berdagang adalah hobi, berdagang adalah ibadah, berdagang merupakan salah satu
perintah untuk bekerja keras, dan yang terakhir adalah berdagang atau
berwirausaha merupakan pekerjaan mulia dalam Islam. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa
untuk meraih kesejahteraan dunia dan akhirat, Islam tidak hanya mengajarkan
kepada pemeluknya untuk beribadah mahdah,
tetapi juga sangat mendorong umatnya unyuk bekerja keras, terbukti secara nyata
yaitu baginda kita Rasulullah SAW sebagai suri teladan dan pemimpin umat muslim
menjadi seorang pengusaha mulai dari beliau masih berusia sangat muda.
Berlanjut pada sesi kedua setelah makan siang, dilanjutkan
kembali dengan materi yang dibawakan oleh Prof. Bambang Setiaji sebagai Rektor
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Beliau menjelaskan mengenai aktivitas
kegiatan syariah pada masyarakat multikultural dimana terjadi perbedaan
struktur maupun budaya di berbagai tempat di seluruh penjuru dunia.Syariah
Islam selama ini sudah diterima sebagai sistem ganda dengan adanya Departemen
Agama, pendidikan agama, dan guru agama yang bisa menjangkau sampai pedesaan
dan pedalaman. Di samping itu, hukum pernikahan, hukum warisan merupakan domain
departemen agama. Di sisi lain, perkembangan bank syariah yang diperkuat oleh
seluruh bank milik pemerintah pusat dan daerah merupakan penerapan syariah yang
dapat diterima. Bank syariah umumnya bergerak di sektor ritel yang sangat
membantu usaha kecil dan menengah. Ke depan, syariah zakat bisa juga dikawinkan
dengan Departemen Keuangan sebagaimana syariah perbankan dikawinkan di Bank
Indonesia (BI).
Setelah Prof. Bambang selesai kemudian dilanjutkan oleh
Saptuari Sugiharto. Pada sesi siang yang cukup serius tersebut, beliau
memberikan sajian materi yang meriah agar peserta tidak mudah mengantuk. Dengan
guyonan yang lucu namun tetap pada materi tersebut, Saptuari Sugiharto yang
merupakan CEO dari Kedai Digital menceritakan pengalamannya mengenai
perjuangannya dari nol menjadi sukses seperti saat ini. Beliau pun menjelaskan
manis pahitnya saat memulai wirausaha tersebut mulai dari berjualan stiker,
ayam potong, sampai jualan donat di kampusnya.
Beliau pun memberikan resep sukses yang salah satunya adalah
untuk tidak lupa bersedekah kepada sesama, kepercayaannya mengenai sedekah
dapat melipatgandakan rizki ternyata benar adanya. Dalam sesi tersebut
dijelaskan bahwa peluang pemuda dalam berwirausaha sangatlah besar karena
peluang untuk kembali bangkit masih besar saat mengalami kegagalan, namun masih
banyaknya pemuda yang belum siap atau enggan untuk memulai berwirausaha. Tentunya
menjadi inspirasi bagi peserta yang hadir pada hari itu dimana kemajuan
pembangunan tentunya berada di tangan pemuda Indonesia saat ini.
Kemudian sampailah pada sesi terakhir yang dibawakan oleh
Adyaksa Dault, dengan pembawaan yang berapi-api dan penuh semangat, beliau
dapat mengajak penonton untuk lebih bersemangat lagi dalam membangun negeri
ini. Beliau menyampaikan banyak hal mengenai gambaran kondisi pemerintahan di
Indonesia saat ini yang mengaju pada buku beliau yang berjudul “Menghadang Negara Gagal, Sebuah Ijtihad
Politik”. Beliau juga menegaskan, bahwasanya Islam itu adalah solusi
dari semua permasalahan yang pada khususnya ekonomi. Islam adalah jawaban atas
segala kontemplasi permasalahan yang ada, namun, ironisnya, manusia sekarang
lebih condong mainstream, minim
komunikasi antar sesama tetangga rumah serta bersifat pragmatis. Seharusnya
pemuda sebagai penerus bangsa dapat mencegah pola piker yang saat ini sedang
terjadi.
Setelah pemaparan tadi, dapat disimpulkan bahwa salah satu
pondasi pembangunan ekonomi Indonesia adalah wirausaha. Namun melihat realita
yang ada bahwa angka tersebut masih sangatlah minim untuk dapat mengejar
pembangunan ekonomi negara. Maraknya liberalisme yang terjadi di Indonesia
membuat para pengusaha gulung tikar, kebijakan perdagangan bebas yang
memberatkan rakyat kecil, serta kurangnya sinergisasi antara pemerintah dan
pengusaha menjadikan perekonomian Indonesia berada di tingkat yang tergolong
rendah. Islam sebagai agama yang universal dan terbuka bagi seluruh elemen yang
ada merupakan solusi dari permasalahan tadi. Bayangkan bahwa dengan menumbuhkan
nilai-nilai Islam pada setiap aktivitas maka tidak akan terjadi ketimpangan
dalam suatu negara khususnya ekonomi, karena dalam hukum Islam diajarkan untuk
saling peduli terhadap sesama atau prinsip kemakmuran.
Sinergisasi antara
pemerintah, lembaga keuangan, serta sektor swasta sangatlah penting untuk dapat
mendorong kontribusi shariapreneur
dalam membangun perekonomian Indonesia. Aktualisasi nilai-nilai Islam dalam
setiap aktivitas ekonomi merupakan upaya konkret dalam mewujudkan pembangunan
ekonomi Indonesia yang berkelanjutan, dimana peran atau partisipasi shariapreneur menjadi penting untuk
dikembangkan. Jika solusi ini dapat berjalan dan diamalkan dengan benar maka
optimis pun dapat dirasakan masyarakat Indonesia demi tercapainya pembangunan
negara yang berkelanjutan.
0 Pendapat:
Posting Komentar